Inovasi kedokteran nyamuk DBD dibuat mandul hingga dilumpuhkan bakteri

user
Farah Fuadona 18 Oktober 2016, 10:56 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Ilmu kedokteran terus berinovasi, berbagai teknik pengobatan hingga pencegahan terus dikembangkan. Salah satunya terjadi dalam mengatasi demam berdarah dangue (DBD) yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
 
Perkembangan ilmu kedokteran di bidang pencegahan DBD sudah berkembang pesat, mulai dari membuat nyamuk-nyamuk penular mandul, lahir cacat, hingga menggunakan bakteri penangkal virus.
 
Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropik Departemen Kesehatan Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin, dr. Anggraeni Alam mengungkapkan penelitian untuk menekan DBD terus dilakukan di dunia kedokteran. Misalnya program memandulkan nyamuk si penyebar virus DBD. Nyamuk dibuat mandul agar tidak bisa berkembang biak. Program ini tidak dikerjakan RSHS/Unpad namun catatannya sudah ada pada litelatur medis.
 
“Selain membuat nyamuk mandul, dalam literatur ada juga program yang membuat nyamuknya menjadi cacat. Misalnya pas lahir sayap nyamuk tidak bagus, penusuknya patah sehingga tidak bisa menggigit,” kata dokter yang akrab di sapa Anggie, kepada Merdeka Bandung baru-baru ini.
 
Namun program tersebut tidak dilanjutkan. Ia menduga program membuat nyamuk mandul atau cacat hasilnya kurang fektif atau kurang memuaskan. Program lainnya adalah pencegahan penyebaran virus DBD menggunakan bakteri wolbachia. Program ini tercatat pernah dilakukan di Fakutlas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) hasil kerja sama dengan University Australia.
 
Anggie menjelaskan, program ini merekayasa nyamuk Aedes aegypti, vector utama penyebar virus DBD agar berisi bakteri wolbachia. Nyamuk yang diambil adalah nyamuk Aedes aegypti lokal yang kemudian menjalani inseminasi bakteri wolbachia.
 
Nyamuk yang sudah ditanam bakteri wolbachia akan kawin dengan nyamuk liar. Nah saat kawin inilah nyamuk menularkan bakteri pada nyamuk lain. Bakteri wolbachia merupakan bakteri pengganggu serangga termasuk nyamuk.
 
Gangguan akibat bakteri wolbachia pada tumbuh kembang nyamuk antara lain membuat mandul atau tidak bisa punya anak. Kalau pun bisa bertelur nantinya anak-anak nyamuk tidak memiliki virus DBD sehingga aman jika menggigit manusia.
 
“Program tersebut diharapkan mampu menekan penularan virus DBD sehingga jumlah nyamuk bisa ditekan dan tidak menularkan virus ke manusia,” kata dia.
 
Ia menambahkan, penelitian nyamuk menggunakan bakteri wolbachia sudah berlangsung di berbagai negara di dunia. Di Indonesia DBD atau infeksi virus terjadi sepanjang tahun terutama saat musim hujan. “Karena nyamuk itu sudah terus menerus ada, penyakitnya endemik alias terus sepanjang tahun, musim hujan pun demikian,” kata Anggie.

Kredit

Bagikan