Diduh Abdurahman kritikus film nasional yang serbabisa
Bandung.merdeka.com - Duduh Abdurahman (1939-2008) disebut sebagai kritikus film kenamaan Indonesia. Duduh juga dikenal sebagai "kamus" hidup. Kritik-kritik atau tulisannya penuh dengan referensi.
"Pengetahuan Duduh sangat luas. Beliau tahu luas soal Charlie Chaplin, banyak referensinya," kata Ketua Festival Film Bandung (FFB), Eddy D Iskandar di sela acara peluncuran buku berjudul Tapak Lacak Duduh Abdurahman di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung, Sabtu (28/5).
"Duduh adalah kritikus film yang sejajar dengan kritikus Indonesia," tambah Eddy.
Selain itu, Diduh juga dikenal sebagai seniman egaliter yang mult talenta. Ia penulis fiksi, pemain film Si Kabayan, eseis dan kritikus. Pada 1999 Duduh mendapat Hadiah Sastra Rancage yang merupakan hadiah sastra Sunda paling bergengsi di Indonesia.
Eddy menuturkan, pada 1983 tulisan kritik film Duduh masuk dalam nominasi Penulisan Kritik Film Festival Film Indonesia (FFI). Selain Duduh, kritikus lain yang masuk nominasi adalah Rustandi Kartakusumah.
Waktu itu Eddy adalah panitia FFI. Meski hasil final dari nominasi tersebut tidak bocor, namun panitia sudah menduga bahwa yang menang adalah Duduh. Maka Duduh pun diajak panitia ke pengumuman FFI yang waktu itu diselenggarakan di Medan.
Rupanya dugaan panitia meleset, Rustandilah yang memenangkan Piala FFB. "Tapi Duduh tak marah atau tersinggung. Hati beliau lapang dada. Kemudian beliau menjadi wakil Rustandi untuk mendapat penghargaan FFI," katanya.
Padahal sebelumnya panitia yakin pemenang FFI adalah Duduh. Sebab Duduh sudah dikenal luas sebagai kritikus film. Sudah lama Duduh berkecimpung di bidang film. Sementara Rustandi terbilang baru di bidang kritik film.
"Saya sebenarnya lebih cocok Duduh yang menang. Karena sudah lama beliau menjadi kritikus film," kenang Eddy.