Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda luncurkan buku Duduh Abdurahman

user
Farah Fuadona 29 Mei 2016, 11:07 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PP-SS) meluncurkan buku tentang Duduh Abdurahman, seniman dan kritikus seni terkemuka kelahiran Bandung. Buku berjudul Tapak Lacak Duduh Abdurahman itu diluncurkan di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung, Sabtu (28/5).

Duduh Abdurahman merupakan pria kelahiran Ciwidey, Kabupaten Bandung, 26 Mei 1939, meninggal di RS Imanuel Bandung 1 Oktober 2008. Pada 1999, duduh mendapat Hadiah Sastra Rancage, hadiah sastra Sunda paling bergengsi di Indonesia.

Di dunia seni, Duduh dikenal sebagai sosok multitalenta. Ia bermain dalam film Si Kabayan 1 sampai 4. Ia juga menulis kritik film. Salah satu kritiknya menjadi nomine Penulisan Kritik Film Festival Film Indonesia (FFI) 1983.

Ketua PP-SS Cecep Burdansyah mengatakan, rencana pembuatan buku tentang Duduh sudah muncul sejak Juli 2014. Dari situ muncul rencana penulisan biografi.

"Tetapi penulisan buku biografi akan memakan waktu lama, belum lagi penulis yang berpengalaman menulis biografi jumlahnya minim," kata Cecep Burdansyah dalam sambutannya.

Lalu muncul opsi untuk mengumpulkan tulisan tentang Duduh dari sejumlah kolega seangkatan Duduh maupun angkatan muda.

"Hingga April 2016, Alhamdulillah naskah sudah 50 persen. Lalu akhir April ada 33 naskah," kata Cecep yang juga menjadi editor buku.

Sehingga buku tersebut menjadi semacam antologi, meski di antara 33 penulis ada yang melakukan pendekatan biografis.

"Duduh Durahman dikenal sebagai kritikus yang egaliter. Kritik-kritiknya lebih apik, berbeda dengan Ajip Rosidi yang kritiknya langsung jeger," ungkap Cecep.

Peluncuran buku yang diwarnai bedah buku dan pementasan monolog Saung Sastra Lembang dan pembacaan puisi Godi Suwarna itu dihadiri sejumlah sastrawan Sunda, antara lain Ajip Rosidi, Abdullah Mustofa, Saini KM, serta perwakilan keluarga.

Perwakilan keluarga, Cecep Chardana mengatakan, Duduh Durahman juga berprofesi sebagai guru. Meski sudah meninggal hingga kini karyanya berupa kitik sastra, cerpen, lakon dan lain-lain."Meski sudah meninggal dunia, beliau namanya masih hidup. Duduh adalah dulur, sobat, kolega dan guru yang talen di bidangnya," kata adik kandung Duduh.

Kredit

Bagikan