Blak-blakan di buku, mantan Dirut PT Telkom ceritakan fakta, data dan drama

user
Endang Saputra 19 Maret 2018, 14:16 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Direktur Utama PT Telkom Tbk periode 1992 hingga 1996, Setyanto P. Santosa bercerita blak-blakan perihal perusahaan yang dipimpinnya selama empat tahun hingga akhirnya ia dipecat. Cerita perihal fakta, data, dan drama itu hadir dalam buku 'Untold Story IPO Telkom di New York Sock Exchange(NYSE) dan Bursa Efek Jakarta (kini BEI)'.

Lewat sebuah acara bedah buku yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Doktor Ilmu Managemen (HIMA DIM) di Gedung Aula MM-FEB UNPAD lantai empat, Setyanto membedah buku itu. Mulai dari awal pembuatan hingga akhirnya sebelum diproduksi ini ia sempat dijegal dan membuat buku ini nyaris gagal diproduksi.

"Sebenarnya buku ini menceritakan pengalaman direksi Telkom pada 22 tahun lalu. Bagaimana kami mempersiapkan perusahaan untuk lebih profesional dalam menghadapi tataan ke depan yang sekarang dapat dirasakan oleh Telkom," ujar Setyanto kepada Merdeka Bandung, Senin (19/3).

Kehadiran buku ini, kata dia, diharap mampu membuat para generasi muda belajar mengenai cerita yang dituangkannya. Di mana perjuangan para direksi Telkom kala itu tidak mudah hingga akhirnya ia harus mundur dari posisinya demi membuat nama Telkom besar seperti sekarang ini.

"Kami (direksi) diberhentikan kala itu karena IPO itu dinilai tidak sesuai dengan pemerintah saat itu. Kehadiran buku ini diharap mampu membuat generasi muda belajar mengenai perjuangan kami dan banyak lagi yang bisa digali dari sini," terang dia.

Di tempat yang sama, Ketua HIMA DIM Unpad Eris Sudariswan mengatakan, tulisan buku Setyanto P. Santosa ini tidak hanya mengisahkan perorangan saja, namun menceritakan kerjasama dari para direksi Telkom pada saat itu dalam mempersiapkan Telkom menjadi perusahaan go publik kelas dunia.

Buku Untold Story IPO (Initial Public Offering/IPO) berbeda dengan buku-buku yang membahas pasar modal pada umumnya. Uniknya, selain bercerita melalui fakta, data dan drama yang disusun berdasarkan kronologis juga dibumbui kisah lucu di tengah cerita menegangkan tim Telkom dalam mempersiapkan IPO.

"Buku ini bisa dijadikan pedoman pada anak muda zaman sekarang, khususnya yang ingin perusahaannya go public juga. Sebab buku ini menceritakan secara lengkap kesiapan Telkom sebelum melakukan pencatatan saham perdana (IPO) di NYSE dan BEJ. Banyak manfaat yang bisa dipelajari dari perjuangan Telkom," jelas Sudariswan.

Sementara itu, Ketua Harian HIMA DIM Unpad Daduk Merdika Mansur, menilai saham go public bertujuan untuk meningkatkan tata kelola perusahaan, sehingga perusahaan bisa berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu, IPO Juga bermanfaat untuk menambah permodalan.

"IPO untuk meningkatkan standar pengelolaan sesuai dengan standar pada aturan bursa efek. Seperti SOA (Sarbanes-Oxley Act), aturan tata kelola akuntansi yang ditetapkan di BEI," jelas Mansur.

Buku yang mendapat pengantar dari Presiden R.I. ke tiga, Prof Dr. BJ Habibie dan sambutan dari Alex J. Sinaga, Dirut Telkom saat ini mengungkapkan pembelajaran yang bisa dipetik dalam mempersiapkan IPO sebuah perusahaan raksasa sebesar Telkom yang harus dilakukan di bawah tekanan kiri kanan. Apalagi saat itu tidak ada benchmark bagaimana sebuah perusahaan bisa dibuat go public.

Kredit

Bagikan