Kenali penyakit berbahaya bagi anak di musim dingin

user
Farah Fuadona 12 Februari 2016, 14:43 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Di balik dingginnya musim hujan, ada penyakit mematikan yang mengintai pada anak. Salah satunya penyakit infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah atau jaringan paru yang disebut pneumonia. Menurut catatan WHO, pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada anak.
 
Dokter ahli peneumonia anak, Prof. dr Cissy B. Kartasasmita, SpA(K), MSc, PhD, mengatakan pneumonia memang banyak muncul di saat musim hujan ketika suhu lebih dingin.
 
“Pasien anak Pneumonia biasanya jumlahnya lebih tinggi pada musim hujan atau cuaca lebih dingin,” kata Cissy, kepada Merdeka Bandung.
 
Ia mengungkapkan, tiap tahunnya pasien anak pneumonia di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mencapai lebih dari 1.000 orang. Kebanyakan anak dengan usia kurang dari 14 tahun, lebih dari 50 persennya balita atau kurang dari dua tahun.
 
Banyak pasien pneumonia yang datang ke rumah sakit dalam kondisi berat. Seringkali pasien disertai dengan tanda bahaya, yaitu napas cepat atau sesak. “Keluhan pasien pada saat datang ke rumah sakit biasanya sesak napas, disertai demam beberapa hari, napas cepat, batuk dan pilek,” tutur Mantan Direktur Utama RSHS ini.
 
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak yang juga Kepala Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unpad ini menambahkan, napas sesak menjadi gejala awal pneumonia pada anak.
 
Ia menerangkan, gejala Pneumonia dapat diketahui dengan menghitung napas anak. Untuk anak kurang dari dua bulan frekuensi napasnya di atas atau sama dengan 60 kali per menit.
 
Pada anak usia dua tahun atau kurang dari 12 bulan frekuensi napasnya di atas atau sama dengan 50 kali permenit, dan usia satu atau kurang dari lima tahun frekuensi napasnya di atas atau sama dengan 40 kali per menit.
 
Gejala lainnya adalah sesak, demam, batuk. Jika kondisinya berat, wajah anak akan tampak kebiruan dengan tiingkat kesadaran menurun hingga disertai kejang.
 
“Gejala itu terjadi karena kekurangan oksigen dalam darah dan jaringan, termasuk ke otak, akibat paru-parunya radang, dan tidak berfungsi dengan baik,” ungkapnya.

Kredit

Bagikan