Gadis ini buktikan bahwa menjadi sukses tak harus menunggu usia tua
Panini's Truck
Bandung.merdeka.com - Warga Bandung mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah foodtruck. Ya, kendaraan yang telah dimodifikasi menjadi tempat berjualan berbagai macam makanan. Dalam menjalankan operasionalnya, kendaraan ini biasanya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Panini's Truck adalah satu diantara puluhan foodtruck yang ada di Kota Bandung. Foodtruck ini khusus menjual panini, roti lapis khas Italia. Analisa Cinta adalah pemilik Panini's Truck. Di usianya yang baru 18 tahun, wanita berhijab yang akrab disapa Chaha ini sudah terjun di dunia bisnis kuliner.
Awalnya pada Desember 2014, Chacha bersama sang Ayah mulai merintis Panini's Truck. Ayahnya adalah seorang chef di kapal pesiar yang sedang rehat dari tugasnya. Sebuah mobil Grand Max dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi tempat yang representatif untuk berjualan.
"Awalnya buka lapak di GGM (samping BIP), Jalan Merdeka. Tapi disitu gak lama karena gak ramai. Dari situ terus pindah jualan di halaman FO (factory outlet). Untuk awal-awal memang belum ramai karena panini sendiri masih jarang di Indonesia dan belum banyak orang yang tahu," ujar Chaha saat berbincang dengan Merdeka Bandung di Kampus Maranatha, Jalan Prof. drg Surya Sumantri.
Agar Panini semakin dikenal oleh masyarakat, Chaca bersama sang ayah mulai sering untuk mengikuti beragam event seperti di pusat perbelanjaan, kampus-kampus dan mall. Sejak saat itu Panini's Truck perlahan mulai dikenal oleh masyarakat.
Sekitar enam bulan berselang, sang Ayah harus kembali bekerja sebagai seorang chef di kapal pesiar. Kondisi ini membuat Chaca harus menjalankan usahanya seorang diri.
"Enam bulan kemudian Ayah memang waktunya harus pergi lagi bekerja di kapal. Aku bilang ke Ayah, sayang kalau misalnya Panini harus berhenti apalagi sekarang udah mulai ramai. Sejak Ayah berangkat Juni 2015 dari situ kemudian aku yang handle semua," ujar wanita kelahiran 6 Februari 1997.
Untuk memegang sebuah usaha memang bukan perkara mudah. Hal itu pun dirasakan oleh Chaca. Dia pun harus belajar dari nol untuk menjalankan usahanya tersebut. Dari mulai membuat roti, hingga operasional penjualan.
"Ayah ngajarin dari nol banget, dari mulai cara bikin roti sampai menghadapi pelanggan. Roti yang dipakai kan homemade, jadi harus bikin sendiri. Standar qualitynya kan harus sama. Waktu awal-awal bikin, rotinya kurang gepeng atau kurang ngembang. Tapi aku terus belajar karena jangan sampai pelanggan komplain. Dari situ aku mulai belajar bikin roti, terus belanja, dan detailnya dibantuin Ibu," kata mahasiswi semester 3 jurusan Hukum Bisnis Universitas Kristen Maranatha ini.
Sejak saat itu, Chaha mulai menjalankan operasional usahanya sendiri. Dibantu dua orang karyawan dia mulai menjalankan usahanya. Dia mulai merasakan asam garam menjadi pengusaha. "Namanya jualan kadang lagi ramai, kalau sepi ya sepi," ujarnya.
Pengalaman tak terlupakan dirasakan chaca saat menjelang Lebaran. Dua karyawannya pulang kampung untuk merayakan lebaran. Hal ini membuatnya harus menjalankan operasional seorang diri.
"Mau lebaran udah mulai rada repot. Karyawan gak ada sama sekali. Semua operasional aku yang ngerjain sendiri. Waktu itu memang lagi ramai-ramainya. Bahkan waktu malam takbiran sampai pulang jam 1-2 malam," kata Chaca.
Namun beruntung Chaca yang bergabung di komunitas Bandung Foodtruck tidak merasa sendiri. Dalam menjalankan operasionalnya mereka sering berjualan bersama-sama.
"Alhamdulillah ada teman-teman juga di Bandung Foodtruck. Saat jualan kita di bawa happy aja," kata Chaha yang menjadi anggota paling muda di komunitas Bandung Foodtruck.
Hampir satu tahun berjalan, kerja keras Chaca mulai berbuah manis. Barang dagangannya semakin dikenal oleh masyarakat Bandung. Dia memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran.
Melalui akun Instagram @paninitruck, Chaca memposting lokasi di mana setiap kali mereka berjualan.
Bersama komunitas Foodtruck Bandung, hampir setiap akhir pekan undangan dari berbagai acara di Bandung datang menghampiri seperti dari kampus-kampus, instansi pemerintahan, swasta, dan acara car free night di Kota Bandung.
Dengan malu-malu, Chacha mengungkapkan omzet penjualannya. Dalam satu bulan dia mampu meraih pendapatan bersih sebesar Rp 8 juta. Dengan menu andalan utamanya Ciabatta Panini, Cuban Panini, Tuna Melt Panini. Dengan kisaran harga yang terjangkau sekitar Rp 30 ribu membuat jualannya banyak dinantikan oleh masyarakat.
"Aku punya ambisi sendiri bahwa panini ini harus lebih maju. Di saat orang lain seumuran aku masih umurnya main, aku ngejalanin foodtruck buat nyari pengalaman. Aku pengen bikin produk yang bisa melekat di masyarakat. Buat Aku pribadi gak ada yang terlalu muda untuk menjadi sukses," ungkap anak pertama dari dua bersaudara ini.
Tag Terkait
Khoiruddin, doktor tercepat dari ITB dengan 36 publikasi scopus
Keren! mahasiswa ITB ciptakan smart CCTV yang bisa kenali wajah penyusup
Brotherhood Til Jannah dan kisah mantan anggota geng motor hijrah di Bandung
Kampung toleransi ini jadi bukti keharmonisan antar umat beragama di Bandung
Keren! Jam bambu bikinan Indonesia Bamboo Community tembus hingga ke Brazil
Lelah jadi karyawan, Bobby keluar dan sukses bisnis laundry sepatu
Belajar dari Imat, pria difabel sukses budidayakan daung bawang
Kisah inspiratif para mantan napi rintis usaha di Bandung
Kisah kakek Roi tetap semangat berjualan bajigur di usia 84 tahun
Pesan kakek penjual balon ini menyentuh banget