Gara-gara beli sandal mahal pemuda ini kini jadi pengusaha sukses

Herwan Sumadipura
Bandung.merdeka.com - Bermula dari sempat membeli sandal mahal, Herwan Sumadipura kini menjajaki bisnis jual beli sandal dari bahan kulit.
Pria yang akrab disapa Wank ini mengawali bisnisnya sejak tahun 2014. Hal ini berawal ketika ia membeli sandal dengan harga Rp 1 juta. Karena mahal, Wank pun urung menggunakannya. Sandal bermerek itupun akhirnya hanya pandangi terus-menerus dan belum pernah ia kenakan.
"Selama dua hari dipikir-pikir sayang sekali beli sandal harga Rp 1 juta. Besoknya saya pergi ke Cibaduyut buat nanya-nanya material sandal dan ternyata perbandingannya jauh sekali dengan kualitas dan material yang sama," ujar Wank kepada Merdeka Bandung.
Setelah bertanya mengenai material ke pusat pengrajin sandal. Pria kelahiran Bandung 25 Agustus 1990 itu tak langsung memutuskan untuk membangun kerajaan bisnis. Ia biarkan itu selama lima bulan lamanya.
Hingga satu waktu Wank mendapat pekerjaan ke Jakarta dan menyewa mobil pada temannya. Ternyata, teman yang memiliki rental mobil itu juga merupakan seorang pengusaha sandal. Pada saat itupun ia belum terpikirkan untuk berbisnis sandal.
"Baru pas mengembalikan mobil saya nanya-nanya ke teman itu. Ceritanya menarik, sampai saya memutuskan buat jadi reseller produk temen itu. Selama kurang lebih enam bulan saya ngambil barang dari teman. Setelahnya saya memutuskan untuk berhenti menjadi reseller dan membuat produk sendiri," jelasnya.
Tak lama, anak dari pasangan Herman Hamzah dan Uun Soendari Soemadipoera itu mencoba peruntungan selama tiga bulan pertama dengan mempekerjakan seorang pengrajin yang memang multitalenta.
"Satu orang pengrajin itu segala bisa. Saat itu orderan kadang ada kadang enggak. Dari situ saya enggak pesimis justru optimis dan percaya diri sama usaha ini. Sampai saya dapat pesanan 100 pasang sandal buat ke Medan, di situ percaya diri timbul. Sampai akhirnya pesanan berlanjut setiap minggunya," cerita Wank.
Kemudian Wank berangkat ke Garut untuk mencari pengrajin sandal. Karena di sana merupakan pusat pengrajin sandal kulit dengan kualitas jempolan. Ia pun bertanya ke sana ke mari mengenai pusat pengrajin sandal hingga mendapat dua orang yang besoknya di datangkan ke Bandung.
Kini, Wank sudah memiliki tiga pengrajin tetap yang membantu berlangsungnya bisnis sandal dengan merek Blues Sandals. Dari tak ada pesanan, sekarang Blues Sandals sudah mampu menjual 300 hingga 400 pasang sandal setiap minggunya.
"Sampai sekarang alhamdulillah udah punya kurang lebih 28 KCP Blues Sandals di seluruh Indonesia. KCP itu kepala cabang pembantu, itu sebutan bagi para reseller. Dengan optimis dan percaya diri, saya bersyukur kini sudah bisa menjalani bisnis yang bisa bermanfaat bagi banyak orang," tutup Wank.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak