Mengenang karya Mas Pri dalam 'Pri S : Sepilihan Karya dan Arsip'

user
Mohammad Taufik 27 Juli 2016, 11:16 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Untuk mengenal lebih jauh pemikiran besar dari almarhum Priyanto Sunarto yang dikenal akan karya hebatnya, sebuah pameran bertitle "Pri. S.: Sepilihan Karya dan Arsip" hadir di Selasar Sunaryo Art Space.

Pameran ini merupakan hasil inisiasi dari Desain Grafis Indonesia (DGI) dan Selasar Sunaryo Art Space. Pameran ini diselenggarakan hingga 14 Agustus 2016 mendatang. Pada pameran tersebut, DGI menelusuri riwayat kreatif Priyanto mulai dari karya tugas akhirnya.

Karya tersebut rupanya memiliki posisi penting dalam gejolak seni rupa Indonesia, antara modernisme Bandung dengan kesenian vernakular Yogyakarta. DGI berpikir bahwa apa yang telah almarhum wariskan penting untuk disimpan, dicatat dan diarsipkan.

"Oleh karena itu, bersamaan dengan pameran ini kami menerbitkan sebuah buku yang menghimpun tulisan almarhum. Himpunan tulisan ini berisi catatan, opini, dan pandangan beliau yang tentu sangat berharga untuk melengkapi pengetahuan bidang seni dan desain," ujar Bureau Chief Desain Grafis Indonesia, Ismiaji Cahyono, Selasa (26/7).

Bagi Chabib Duta Hapsoro, kurator dalam pameran "Pri S.: Sepilihan Karya dan Arsip", pameran ini dilengkapi juga dengan berbagai bahan arsip dan dokumentasi yang baik secara langsung atau tidak merujuk pada pemikiran-pemikiran beliau dalam buku sebagai desainer maupun sebagai seniman.

"Pameran ini adalah presentasi sederhana yang berupaya menghadirkan bukti-bukti perjalanan panjang Priyanto Sunarto, dimulai dari karya tugas akhirnya (1973) di Jurusan Desain Grafis, Departemen Seni Rupa, Fakultas Sipil dan Perencanaan yang saat ini Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB," ujarnya.

Sebagai sebuah introduksi pameran, Proyek Tiga Buku (buku puisi 'O' karya Sutardji Calzhoum Bachri, buku puisi karya Danarto, dan novel "Animal Farm" karya George Orwell) menandai beberapa hal, di antaranya adalah ketiga karya tersebut menandai masa-masa awal pendidikan desain grafis di tanah air.

"Dikatakan demikian jika mengacu pada berdirinya Jurusan Desain Grafis ITB pada 1973 oleh A.D. Pirous sebagai institusi pendidikan desain grafis formal pertama di Infonesia, selanjutnya menjadi Program Studi Desain Komunikasi Visual. Jurusan ini baru melahirkan beberapa lulusan," teang dia.

Mas Pri tak bisa lepas dari kartun

Chabib Duta Hapsoro juga menegaskan, sosok Priyanto Sunarto tak bisa dilepaskan dari dunia kartun. Priyanto mendedikasikan keberkaryaannya pada dunia kartun.

Bertanda inisial 'PRI S', kartun-kartun Priyanto banyak mendampingi editorial media massa. Kartun-kartun beliau juga berkesempatan mengikuti beberapa pemeran kartun dalam lingkup nasional maupun mancanegara.

"Kartun-kartun Priyanto selalu khas. Kritikus seni rupa Bambang Bujono mengungkapkan bahwa kartun-kartun Priyanto 'selalu mengelak dari pemahaman umum'," ujar Chabib.

Garis-garisnya, kata dia, selalu membentuk figur yang bukan siapa-siapa, bukan tokoh, dan mereka seolah sedang berdialog dalam dunia mereka sendiri.

"Dialog-dialog ini juga merepresentasikan kecakapan khas Priyanto dalam menyusun kata-kata, memperlihatkan ungkapan-ungkapan yang lugu sekaligus menohok. Hal ini juga membuat kartun-kartun Priyanto tidak mengkritis langsung sebuah peristiwa," ujarnya.

Dedikasi Priyanto pada kartun juga hadir melalui penelitian doktoral. Disertasinya yang berjudul "Metafora Visual Kartun Editorial Surat Kabar Jakarta 1950-1957" tahun 2005 menghadirkan jejak pemikiran Priyanto yang mendalam pada dunia kartun Indonesia.

Kredit

Bagikan