Jawa Barat dinilai tidak memiliki konsep tata ruang jelas


Diskusi tentang tata ruang kota di Jawa Barat
Bandung.merdeka.com - Jawa Barat maupun di provinsi lain di Indonesia dinilai tidak memiliki konsep tata ruang jelas. Banyak ruang yang semestinya menjadi ruang terbuka hijau atau pertanian justru beralih menjadi industri atau fasilitas komersil.
Hal itu terungkap dalam diskusi Menghadirkan Negara dalam Penataan Tata Ruang yang digelar Media Tata Ruang di Kaka Cafe, Jalan Sultan Agung 49 Bandung, Senin (27/6) sore.
Dosen Stikom Bandung yang menjadi moderator diskusi menyatakan posisi negara dalam penataan ruang tidak jelas. Negara yang menjadi pelaku, negara yang mengawasi, mengatur, pengendalian, memberi sanksi. "Jadi negara itu posisinya di mana?," kata Nursyawal.
Pertanyaan pembuka itu sejumlah pakar yang menghadiri diskusi, antara lain Hendarmin Ranadireksa memaparkan sejumlah negara yang tertib dalam melakukan penataan ruang.
Contohnya Jepang yang melakukan pembangunan tanpa melupakan kultur. Saat membangun kota Hokaido yang sepi asri, Jepang membuat jalur kereta api tidak bising agar kota tersebut tetap sepi.
"Industri di Jepang harus dibangun di pinggir pantai. Di tengah-tengah dibangun hutan. Itu ada sentuhan kultur," katanya.
Di Amerika Serikat, kata dia, pemerintah tidak pernah membuat program transmigrasi ke Alaska. Setiap presiden tidak pernah mengangkut transmigran ke Alaska.
"Bush senior dan Bush junior pernah berencana ngebor minyak di Alaska, tapi ditolak senator dan gubernurnya. Karena akan merusak lingkungan. Mereka tidak mau negaranya rusak," tuturnya.
Baik Jepang maupun Amerika Serikat menjadi beberapa negara yang taat dalam melakukan penataan ruang. "Bagi saya tata ruang harus produk negara. Tanpa negara tata ruang hanya menjadi kebijakan eksekutif," kata Hendarmin.
Ia mengaku sudah menyampaikan masalah tata ruang ke Presiden Joko Widodo. Bahwa negara harus membuat rencana tata ruang nasional (RTRN) yang akan menjadi pedoman rencana tata ruang daerah. Tanpa RTRN, tiap kota di Indonesia akan acak-acakan karena ketidakjelasan tata ruang.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak