Film 'Jarak', memahami jarak terjauh manusia

user
Mohammad Taufik 21 Juni 2016, 19:34 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Hartiningsih bangkit dari kasurnya. Matahari menyinari rumahnya yang tenang. Ia menghampiri cermin dan menyisir rambutnya yang sudah beruban dan jarang.

Hartiningsih kemudian menuju kamar anaknya, Widya. Widya sedikit mengomel saat sang ibu membangunkannya. Widya mengeluh pasien di tempat praktiknya banyak sekali.

Hartiningsih kemudian menyiapkan sarapan, nasi goreng dan telur ceplok. Ibu dan anak ini duduk di meja makan tanpa bicara. Sesekali Hartiningsih mengawasi putrinya yang acuh melahap makanan.

Usai makan, Hartiningsih pergi ke beranda rumah, duduk di kursi goyang sambil membaca majalah. Pintu rumah terbuka, Widya sudah siap dengan pakaian bidannya, putih-putih. Ia sudah siap kembali praktik.

Hartiningsih memanggilnya, namun Widya langsung memotong tanpa mau mendengar kalimat lengkap ibunya. Katanya, ia harus segera menuju tempat praktik, lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam.

Hartiningsih membatin, semula ia mengira jarak terjauh bagi manusia adalah hidup dan mati. Kini ia sadar, jarak terjauh itu ketika kita dekat dengan yang kita cintai tapi orang yang kita cintai itu mengabaikan kita. Hartiningsih menangis di rumahnya yang tenang.

Hartiningsih merupakan tokoh dalam film pendek 'Jarak' karya sutradara Putri Rinda Hanifa dan Joshua Prakasa. Film ini diputar Sinema Tihes dalam program Film Purnama di Taman Budaya Jawa Barat, Jalan Bukit Dago Selatan Nomor 53 A Bandung, Selasa (21/6).

Putri Rinda Hanifa menampilkan tokoh Hartiningsih sebagai mantan bidan yang banyak menolong orang melahirkan. Beragam penghargaan ia dapatkan selama kariernya. Anaknya, Widya, kemudian melanjutkan karier Hartiningsih.

Tetapi di tengah kesibukannya sebagai bidan, Widya mengabaikan hidup Hartiningsih. Bahkan Widya enggan mengajaknya komunikasi sebagaimana dalam adegan sarapan nasi goreng.

Film tentang bidan sengaja diputar Sinema Tihes Juni ini. Menurut Ketua Sinema Tihes, Mirsi Nira Insani, setiap film yang diputar terkait dengan momentum yang ada dalam satu bulan.

"Momentum bulan Juni ini salah satunya hari bidan. Makanya film yang kita putar salah satunya Jarak," kata Mirsi, kepada Merdeka Bandung.

Kredit

Bagikan