Insfrastruktur Jabar buruk biaya logistik membengkak
Bandung.merdeka.com - Bagi pelaku usaha, infrastruktur merupakan salah satu penyokong kelancaran bisnis. Namun berbeda dengan pelaku usaha di Jabar. Tak sedikit pengusaha yang mengeluh akan buruknya infrastruktur yang berimbas pada biaya logistik.
Buruknya infrastruktur seperti jalan raya berdampak negatif terhadap biaya logistik karena dinilai jadi membengkak. Buruknya infrastruktur ini berimbas pada tingginya biaya distribusi dan logistik hingga 28 persen.
Ketua Apindo Jabar Deddy Widjaja mengatakan, dengan buruknya infrastruktur ini membuat produk dalam negeri sulit untuk bersaing dengan produk asing. Hal tersebut bisa nampak jelas dari harga yang dibanderol terbilang tinggi.
"Susah ya, karena biaya distribusi jadinya mahal dan masyarakat yang menanggung bebannya. Itu karena infrastruktur yang kurang mendukung," ujar Deddy dalam acara Fordisweb (Forum Diskusi Wartaean Bandung).
Deddy menuturkan, guna menekan harga dan berupaya untuk bisa bersaing dengan produk asing, ia mengimbau pemerintah untuk segera melakukan program pembangunan infrastruktur di Jabar.
"Pembenahan infrastruktur jalan ini erat kaitannya dengan pemangkasan waktu yang dihabiskan untuk distribusi. Makanya pemerintah harus melaksanakan program pembangunan infrastruktur dengan secepatnya," kata dia.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Kadin Jabar, Agung Suryamal Soetrisno. Kata dia, biaya logistik yang dikeluarkan di Tanah Air ini tertinggi di kawasan ASEAN.
"Dibandingkan dengan Singapura, biaya logistik di negeri jiran ini terhitung hanya 8 persen. Di Malaysia, biaya logsitik ini hanya 13 persen dan Vietnam sebesar 25 persen," kata Agung.
Biaya logistik dan distribusi ini, lanjutnya, mengakibatkan biaya produksi tinggi. Para pelaku usaha mengharapkan bisa ditekan hingga di bawah 20 persen.