Cepot: Wayang bagian dari sastra

user
Mohammad Taufik 01 Februari 2016, 10:49 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Peringatan ulang tahun Majelis Sastra Bandung (MSB) ke-7 berlangsung meriah. Ulang tahun dimeriahkan wayang golek dengan dalang Opick Sunandar Sunarya, putra dalang legendaris Asep Sunandar Sunarya.

Tidak seperti pentas wayang golek umumnya, dalang Opick memainkan wayangnya tanpa diiringi gamelan. Meski demikian, anggota MSB yang memadati ruang utama Gedung Indonesia Menggugat Bandung cukup terpuaskan. Anggota MSB kebanyakan anak muda dari Bandung dan daerah lain di Jawa Barat.

Wayang dibuka dengan penampilan si cepot yang menyajikan bodor-bodor khasnya. Lalu ada wayang yang membacakan puisi.

Sebelum pentas, Opick sempat memberikan sambutan bahwa wayang sebenarnya bagian dari sastra. "Tapi saya mau nanya, kenapa saat saya pentas tidak ada anak sastra yang nonton aing ngawayang?" pertanyaan itu membuat puluhan anggota MSB tertawa, sebagian bertepuk tangan.

Menurut Opick, selama ini wayang dianggap kesenian kampung dengan penonton orang-orang kampung. Meski demikian, kata dia, kesenian wayang golek terus bertahan. "Meski disebut kesenian kampung, sekarang wayang bisa memacetkan. Sebab wayangnya saya simpan di jalan," terang Opick.

Ulang tahun MSB dibuka dengan kesenian marawis atau rebana dari Marawis Yepira, disambung pembacaan puisi puisi oleh penyair Gusjur Mahesa, Bunyamin Fasya, dan musikalisasi puisi oleh Ahmad Faisal Imran. Konser musik akustik disuguhkan Budi Cilok.

Setelah itu, acara diisi dengan potong tumpeng nasi kuning yang dilakukan para pendiri MSB yaitu Rois Amr (Ketua) MSB Matdon, Dedy Koral, Hermana HMT, dan Yusef Muldiyana.

Perayaan ulang tahun MSB penuh dengan senda-gurau dan bernuansa kekeluargaan. Misalnya sebelum memotong tumpeng, Matdon sempat mengatakan tadinya MSB tidak akan menggelar acara ulang tahun karena dianggap bidah.

"Tapi akhirnya dibolehkan majelis sastra," katanya seraya tertawa.

Ia juga mengajak khususnya kepada anak muda Bandung untuk bergabung dengan MSB. MSB memiliki program rutin pengajian sastra dan tadarus puisi. Namun ia mengingatkan, kepada anak muda yang mau menulis puisi jangan diniatkan karena ingin terkenal.

"Ada fatwa (MSB) kalau mau nulis tidak boleh diniatkan ingin terkenal, karena kalau karena niat ingin terkenal tempatnya di neraka. Jadi tulislah dengan keikhlasan," katanya.

Menurutnya, tujuh tahun usia MSB adalah usia yang masih belia. "Masih sangat anak-anak, makanya pengirus MSB lucu-lucu," katanya lagi

Ia menuturkan MSB didirikan melalui sms-an. Tujuh tahun lalu ia SMS-an dengan Ketua Kelompok Teater Laskar Panggung, Yusef Muldiyana. "Kelompok Teater Laskar Panggung sudah 20 tahun, sekarang menjadi divisi teater di Majelis Sastra Bandung, dan Majelis Sastra Bandung menjadi divisi sastra di Kelompok Teater Laskar Panggung,” katanya.

Bagi yang senang longer, tambah dia, di MSB juga ada kelompok longser yang diasuh seniman Hermana HMT. "Jadi kalau ada yang mau menggelar longser tinggal hubungi mang Hermana, saya manajernya," timpal Matdon.

Kredit

Bagikan