6 Cara Atur Keuangan: Dari Susun Anggaran Hingga Investasi

user
Endang Saputra 29 Agustus 2020, 09:10 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Banyak karyawan yang kerap terjebak pada permasalahan klasik, selalu kehabisan uang sebelum akhir bulan. Jika ini selalu terjadi dan berulang setiap bulannya, maka yang bermasalah dengan cara mengatur keuangan.

Content Manager, Ruben Setiawan, menyatakan, mengatur keuangan bukan sebatas mengkalkulasi pemasukan dan pengeluaran. Namun, mengupayakan pemasukan memberikan manfaat optimal untuk kondisi finansial.

"Mengatur keuangan juga berarti mengupayakan agar pengeluaran dapat dikendalikan, sehingga tidak hilang menguap sia-sia," ujarnya dalam keterangan tertulisnya.

Karena itu, Lifepal.co.id memberikan beberapa tips yang harus dilakukan agar mulai membiasakan diri memiliki pengaturan keuangan yang baik dengan mempertimbangkan pos-pos keuangan penting, seperti dana darurat, mencari asuransi kesehatan, hingga memulai investasi.

Pertama, merancang anggaran keuangan bulanan. Langkah ini dilakukan dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran. Segala komponen pemasukan bulanan, seperti insentif, komisi, bonus, pendapatan dari usaha, kerja sampingan, dan imbal hasil investasi, dicatat sebaik mungkin. Begitu pula nominalnya.

Kemudian, mencatat pengeluaran dan dibagi menjadi tiga jenis, untuk kebutuhan primer, sekunder, dan cicilan bulanan. Kebutuhan primer mencakup kebutuhan pokok bulanan, seperti makan dan minum sehari-hari, biaya kontrakan, bayar listrik, iuran kebersihan lingkungan, dan sebagainya.

Pengeluaran sekunder meliputi belanja seperti pakaian, keperluan kecantikan, hobi, hiburan, kebugaran, dan lain-lain. Sementara itu, pengeluaran cicilan mencakup cicilan rumah dan aset investasi, kendaraan dan aset terdepresiasi, serta cicilan utang lainnya.

Kedua, membedakan kebutuhan dan keinginan. Setelah menyusun anggaran bulanan yang lengkap, selanjutnya menentukan prioritas. Mesti mampu membedakan kebutuhan dan keinginan.

"Kebutuhan adalah sesuatu yang mau tidak mau harus kita penuhi, misalnya, pengeluaran untuk kebutuhan makanan, tempat tinggal, dan keperluan sehari-hari lainnya. Kebutuhan tersebut selayaknya jadi prioritas utama untuk segera dipenuhi," paparnya.

Berikutnya, kebutuhan pengeluaran cicilan bulanan, seperti cicilan rumah, kendaraan, maupun cicilan lainnya. "Jika sampai tertunggak, kita tentu akan makin terbebani di bulan selanjutnya," kata dia.

Jika kedua pos pengeluaran tersebut terpenuhi, lalu mempertimbangkan pengeluaran keinginan atau kebutuhan sekunder.

"Namun, bukan berarti kita bisa menghabiskan sisa pemasukan untuk memuaskan keinginan kita," kata dia.

Menurutnya, alokasi untuk pos-pos pengeluaran lain yang jauh lebih penting dan krusial demi kondisi kesehatan keuangan juga mesti dilakukan.

Ketiga, memiliki dana darurat. Ruben menerangkan, memenuhi kebutuhan bulanan sesuai prioritas hanyalah langkah awal dari cara mengatur keuangan yang baik. Sebab, perlu juga memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi di masa depan.

Oleh karena itu, perlu menyiapkan dana darurat. Pos ini diperuntukkan bagi kondisi keuangan mendesak dan boleh digunakan untuk keadaan darurat saja, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Usai kehilangan pekerjaan, tentu kita butuh waktu beberapa saat untuk mencari sumber panghasilan tambahan bukan? Nah, di sinilah dana darurat dapat membantu kita," ucapnya.

Bencana, seperti banjir dan kebakaran, ataupun kecelakaan merupakan keadaan darurat lain yang berpotensi terjadi. Sehingga, tempat tinggal atau diri kita membutuhkan perbaikan dan perawatan. Lantas, berapa dana darurat yang mesti disiapkan? Lifepal menyarankan minimal uang sebesar 3-6 kali kebutuhan bulanan kita dalam dana darurat.

"Apabila pengeluaran bulanan kita adalah Rp4 juta per bulan, maka siapkan minimal sekitar Rp12 juta pada pos dana darurat. Masukkan dana tersebut dalam rekening terpisah yang dapat dicairkan dengan mudah, kapan pun waktunya," urainya.

Dirinya mengakui, mengumpulkan dana sebesar itu tidak bisa serta merta dilakukan dalam waktu singkat. "Namun, kapan akan terkumpul jika tidak dimulai dari sekarang?" tanya Ruben.

Keempat, disiplin bayar utang dan hindari utang konsumtif. Jika sedang memiliki utang, upayakan untuk disiplin membayar cicilannya agar terhindar dari denda yang memberatkan.

Apabila ada rezeki lebih, tidak ada salahnya melunasi utang yang dimiliki. Pilih utang dengan bunga tertinggi untuk dilunasi terlebih dahulu.

"Yang tak kalah penting," ujarnya mengingatkan, "hindari untuk membuat utang tambahan, terlebih apabila utang tersebut bersifat konsumtif alias untuk memenuhi keinginan semata."

Utang konsumtif seperti kredit ponsel pintar terbaru saat gawai lama masih berfungsi baik atau kredit mobil baru hanya demi memenuhi kebutuhan gengsi, bukan untuk tujuan produktif seperti disewakan atau dijadikan taksi daring.

"Berbeda halnya jika utang tersebut ditujukan untuk membuka usaha sampingan yang memberikan penghasilan tambahan. Tentu utang ini disarankan selama besar cicilannya tidak lebih dari 30% pendapatan bulanan kita," tuturnya.

Kelima, memiliki asuransi kesehatan. Ruben menyatakan, banyak yang masih mempertanyakan pentingnya mempunyai asuransi kesehatan. Padahal, bisa berperan sebagai "pelindung" tujuan keuangan di masa depan.

"Bayangkan saja, kita sudah mengumpulkan uang sedemikian banyak dengan tujuan untuk membayar DP (down payment/uang muka) rumah, atau untuk menikah, atau tujuan lain. Kita sudah sedemikian berhemat, mengencangkan ikat pinggang, demi mencapai tujuan-tujuan tersebut. Lalu, tanpa diduga, kita jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang sedemikian besar sehingga kita tak mampu membiayainya hingga terpaksa mengambil uang simpanan tersebut. Pupuslah tujuan keuangan yang sudah kita persiapkan atau paling tidak kita harus memulai dari awal," urainya.

Kejadian itu takkan terasa jika memiliki asuransi kesehatan atau setidaknya jaminan kesehatan macam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dengan menyisihkan sebagian penghasilan bulanan untuk membayar premi asuransi kesehatan, risiko tersebut dapat dihindari.

"Asuransi kesehatan yang akan meng-cover biaya pengobatan kita, tanpa kita harus mengorbankan dana yang sudah kita persiapkan untuk tujuan keuangan kita," jelasnya.

Meski demikian, Ruben menyarankan tidak sekadar menjadi peserta asuransi. Sebaiknya dimulai dengan menghubungi agen dari provider yang ada di Indonesia. Sayangnya, memakan waktu yang tidak sebentar.

"Maka, kita bisa mempertimbangkan untuk mencari asuransi kesehatan melalui Lifepal.co.id, marketplace asuransi yang membantu membandingkan dan memilihkan asuransi sesuai kebutuhan masing-masing individu," sarannya.

Keenam, tentukan tujuan keuangan. Siapa saja memiliki tujuan dalam hidup, seperti memiliki rumah, menikah, jalan-jalan keliling Eropa, menyekolahkan anak di sekolah favorit, dan sebagainya. Semua tujuan tersebut membutuhkan kecermatan dalam mengatur keuangan.

Untuk merealisasikan itu semua memang bisa dicapai dengan menabung. Namun, bunga tabungan yang ditawarkan bank-bank relatif kecil, sekitar 1%-1,5% per tahun. Persentase tersebut timpang apabila dibandingkan dengan inflasi atau kenaikan harga barang/jasa yang rerata 5%-10% per tahun.

"Mudahnya seperti ini, barang atau jasa yang dapat kita beli dengan uang Rp1 juta kita di tabungan saat ini, belum tentu dapat kita beli dengan besaran uang yang sama satu tahun kemudian jika hanya mengandalkan bunga dari bank," katanya.

"Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menempatkan dana kita pada instrumen investasi. Sebab, tujuan investasi adalah melindungi nilai uang yang kita miliki saat ini agar tidak tergerus inflasi," sambungnya.

Menurut Ruben, salah satu instrumen investasi yang dapat dengan mudah lakukan adalah membuka rekening deposito di bank. Deposito memberikan bunga hingga 5% dan dapat mengimbangi inflasi.

Instrumen berikutnya, investasi reksa dana pasar uang, baik reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham. Di masa pandemi yang menyebabkan ketidakpastian ekonomi, termasuk pergerakan harga saham, disarankan memilih reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap yang memberikan imbal hasil lebih besar dari deposito dan risikonya lebih rendah daripada reksa dana saham.

Meski demikian, dirinya mengingatkan, perlu memenuhi kebutuhan perlindungan diri sebelum berinvestasi, yakni asuransi kesehatan.

"Sebab, asuransi kesehatan dapat melindungi kita bahkan jauh sebelum investasi kita memberikan imbal hasil yang dapat digunakan untuk membayar biaya kesehatan kita," tutupnya.

Kredit

Bagikan