Ciptakan alat pengolah air laut jadi air bersih, 2 mahasiswi ITB juara 1 karya CHAIN


Vania dan Mey Shelly
Bandung.merdeka.com - Dua mahasiswi program studi Teknik Kimia ITB, Vania E. Krisnandika dan Mey Shelly Rikin berhasil membuat inovasi alat pengolah air bersih, yakni alat Distilasi Membran. Dengan alat ini bisa mengubah air laut yang tercemar atau kotor menjadi air bersih.
Alat ini sangat berguna bagi mereka yang hidup di pesisir pantai yang kerap kesulitan mendapatkan air bersih lantaran air pantainya sering tercemar. Vania menuturkan, jika umumnya alat pengolah air menjadi bersih menggunakan teknologi refuse osmosis, namun tidak dengan alat mereka.
Seperti diketahui, alat refuse osmosis, menurut Vania memiliki kendala tersendiri. Selain cara pembuatannya yang cukup ribet, komponen alat-alatnya pun terbilang mahal. Tak hanya itu, pada refuse osmosis, dibutuhkan kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi. Hal tersebut dinilai akan menyulitkan warga biasa untuk membuat alat semacam ini.
"Lain dengan alat yang kami buat yakni alat pembersih air dengan teknologi Distilasi Membran. Pada alat ini, komponen yang dibutuhkan pun mudah didapatkan secara umum, cara pembuatannya sederhana, harga komponennya tidak terlalu mahal, dan tidak membutuhkan temperatur atau tekanan yang tinggi. Sehingga setiap rumah tangga biasa pun bisa dengan mudah membuatnya," ujar Vania
Ia menambahkan, alat ini memiliki desain sederhana sehingga mudah dibuat. Selain itu, kapasitas air bersih yang bisa dihasilkan melalui alat ini sekitar 220 liter per hari.
Alat ini diikutsertakan dalam sebuah kompetisi tahunan bergengsi yakni Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional, Chemical Engineering in Action (CHAIN), yang berlangsung pada 14-17 September 2017 lalu, di Universitas Syiah Kuala Aceh. Dalam kompetisi yang baru diikutinya pertama kali ini, Vania dan rekannya Mey mengaku bahwa sempat bingung ini membuat inovasi semacam apa.
"Dari bebeapa tema spesifik, kami mengambil tema green technology, karena ini berkaitan dengan lingkungan juga," katanya.
Sekitar 60 tim berlaga dalam kompetisi tersebut. Untuk sampai pada akhirnya menjuarai kompetisi ini, Vania dan Mey berhasil melewati beberapa tahapan seleksi, mulai dari seleksi akstrak, seleksi karya tulis ilmiahnya, hingga presentasi.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak