PVMG catat tahun ini sudah 154 kali bencana longsor terjadi di Jawa Barat

user
Mohammad Taufik 11 Oktober 2017, 15:43 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Musim penghujan sudah tiba. Badan Geologi yang menaungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bencana pergerakan tanah seperti longsor salah satunya.

Plt Kepala Badan Geologi Rida Mulyana mengatakan, berdasarkan data PVMBG pada 2017 ini sudah terjadi bencana alam sebanyak 845 kejadian di Indonesia. Jumlah itu Jabar mendominasi dengan 154 kejadian dimana 41 orang meregang nyawa.

"‎Paling banyak itu Jabar. Di sini banyak perbukitan. Bencana longsor karena faktor alam dan manusia. Untuk tahun ini 845, dimana Jabar sudah mencapai paling banyak 154. Tapi kalau korban jiwa Jatim tertinggi," kata Rida dalam jumpa pers Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Gerakan Tanah, di Kantor PVMBG Bandung, Rabu (11/10).

Dia mengatakan, tugas PVMBG salah satu tugasnya adalah memiliki tujuan mengurangi jatuhnya korban jiwa, harta benda serta dampak sosio-ekononi akibat gerakan tanah. Menurutnya peta potensi setiap bulannya kerap dirilis untuk disampaikan pada Kepala BNPB, dan Gubernur diseluruh Indonesia.

"Peta ini dibuat berdasarkan prakiraan curah hujan dari BMKG dan peta zona kerentanan gerakan tanah. Peta ini juga disampaikan pada masyarakat melalui situs PVMBG sehingga lebih siap dalam menghadapi bencana gerakan tanah," ungkapnya.

Dia berharap, pada seluruh pelaksana BPBD provinsi dan kabupetan/kota untuk selalu menyampaikan informasi. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gerakan tanah.

"Ini biar tahu kita hidup dizona bahaya atau tidak. Saya juga sudah didistribusikan ke gubernur biar cepat sampai informasinya ke masyarakat," ucapnya.

Dia menambahkan apa yang menjadi penyebab adanya pergerakan tanah. Selain faktor alam, faktor manusia itu cukup berpengaruh besar. Menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat.

"Sehingga perkembangan pemukiman berkembang karena perbukitan kini berada di daerah rawan terjadi longsor. Sehingga mau tidak mau pengaturan perencanaan tata ruang bencana harus kita lakukan," katanya.

Kredit

Bagikan