PVMG catat tahun ini sudah 154 kali bencana longsor terjadi di Jawa Barat


PVMG Jawa barat
Bandung.merdeka.com - Musim penghujan sudah tiba. Badan Geologi yang menaungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai bencana pergerakan tanah seperti longsor salah satunya.
Plt Kepala Badan Geologi Rida Mulyana mengatakan, berdasarkan data PVMBG pada 2017 ini sudah terjadi bencana alam sebanyak 845 kejadian di Indonesia. Jumlah itu Jabar mendominasi dengan 154 kejadian dimana 41 orang meregang nyawa.
"Paling banyak itu Jabar. Di sini banyak perbukitan. Bencana longsor karena faktor alam dan manusia. Untuk tahun ini 845, dimana Jabar sudah mencapai paling banyak 154. Tapi kalau korban jiwa Jatim tertinggi," kata Rida dalam jumpa pers Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Gerakan Tanah, di Kantor PVMBG Bandung, Rabu (11/10).
Dia mengatakan, tugas PVMBG salah satu tugasnya adalah memiliki tujuan mengurangi jatuhnya korban jiwa, harta benda serta dampak sosio-ekononi akibat gerakan tanah. Menurutnya peta potensi setiap bulannya kerap dirilis untuk disampaikan pada Kepala BNPB, dan Gubernur diseluruh Indonesia.
"Peta ini dibuat berdasarkan prakiraan curah hujan dari BMKG dan peta zona kerentanan gerakan tanah. Peta ini juga disampaikan pada masyarakat melalui situs PVMBG sehingga lebih siap dalam menghadapi bencana gerakan tanah," ungkapnya.
Dia berharap, pada seluruh pelaksana BPBD provinsi dan kabupetan/kota untuk selalu menyampaikan informasi. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gerakan tanah.
"Ini biar tahu kita hidup dizona bahaya atau tidak. Saya juga sudah didistribusikan ke gubernur biar cepat sampai informasinya ke masyarakat," ucapnya.
Dia menambahkan apa yang menjadi penyebab adanya pergerakan tanah. Selain faktor alam, faktor manusia itu cukup berpengaruh besar. Menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat.
"Sehingga perkembangan pemukiman berkembang karena perbukitan kini berada di daerah rawan terjadi longsor. Sehingga mau tidak mau pengaturan perencanaan tata ruang bencana harus kita lakukan," katanya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak