Selamat! Pasangan difabel ini ikut nikah massal usai 2 pekan pacaran

user
Mohammad Taufik 17 Mei 2017, 11:42 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Rona bahagia terpancar dari wajah Dedi Sumiadi (32). Hasrat ingin memiliki pasangan hidup terjawab sudah. Dedi mempersunting pujaan hatinya Engkon Niah (24) wanita yang baru dikenalnya dua minggu lalu.

Istimewanya lagi ikrar janji suci, Dedi dan Engkon disaksikan langsung orang nomor dua di Jabar, yakni Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. Dedi dan Engkon turut dalam kegiatan nikah massal dalam kegiatan Mimbar Hiburan Amal Bagi Dhuafa (MHABD) ke-28 yang diselenggarakan di halaman belakang Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (17/5).

"Ada 14 yang mengikuti nikah massal ini. Mereka merupakan pasangan dari tuna netra dan penyandang disabilitas. Ini istimewa karena saksi mereka yakni Pak Wakil Gubernur," kata Soraya selaku koordinator pernikahan MHABD pada wartawan. Untuk khutbah nikah dilakukan langsung H Miftah Farid dan Ridwan Sam'an.

Menurut dia, 14 pasangan ini dipilih karena memenuhi persyaratan untuk dinikahkan secara massal. Bagi mereka yang terpilih, seluruh kebutuhan pernikahan mulai dari mas kawin dipersiapkan langsung panitia yang bekerja sama dengan beberapa pihak. Mas kawin yang disediakan panitia ini yakni satu gram emas logam mulia.

"Mereka yang di sini adalah mereka yang sudah berjuang ingin nikah dan memenuhi kriteria prosedur. Mereka bisa dari janda atau duda. Bisa mereka yang masih bujang atau gadis," ujarnya.

Dedi yang merupakan tuna netra tak bisa menutup kebahagiaannya. Usai mengucap janji suci, Dedi ini terus memegang erat istri yang baru disahkannya. Dia berkisah perkenalannya dengan sang istri bermula dari hubungan via ponsel. "Saya dikenalin sama teman, terus saya coba hubungi," katanya yang saat itu mengaku ingin menikah.

Setali tiga uang, ternyata Engkon juga demikian. Engkon tak menolak pinangannya untuk dihalalkan tidak dalam waktu lama. "Kenalan terus hubungan dari telepon dan sms. Terus kami daftar nikah massal. Saya yakin saja karena saya sudah siap," imbuh Dedi yang kesehariannya menjadi tukang pijat. Berprofesi sama dengan sang istri, Dedi ingin ke depannya membuka usaha pijat bersama. "Saya nanti inginnya kerja bareng."

Deddy Mizwar mendoakan agar 14 peserta nikah massal ini bisa menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Dengan menyelenggarakannya kegiatan nikah massal ini menunjukkan bahwa orang yang berkebutuhan khusus itu, negara juga harus hadir. Sebelumnya kegiatan ini pernah diselenggarakan di Pendopo Kota Bandung, namun untuk tahun ini diselenggarakan di Gedung Sate, kantor pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

"‎Ini sudah ke-28 kali kan ya. Uniknya ini kaum difabel. Sekarang ini pemberdayaan. Bukan hanya belas kasihan, tapi hak mereka sebagai warga negara terpenuhi. Karena ini akan menjadi momentum dimana mereka akan diberdayakan dengan memberikan pelatihan dari pengusaha lain yang bisa melatih mereka," ujarnya.

"Terhadap penyandang disabilitas, ini sekarang paradigmanya yang semula dari Charity Base menjadi Right Base," katanya.

Charity Base itu melihat disabilitas dalam fisik seseorang, mengandalkan belas kasih dalam pemenuhan kebutuhannya. Adapun Right Base memandang disabilitas sebagai bentuk interaksi sosial yang tercermin dalam lingkungan, pendekatannya secara sosial, pemenuhan kebutuhan berdasar pada pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM), serta berbasis pada prinsip persamaan (equality).

Selain menikahkan 14 pasangan penyandang disabilitas, kegiatan hiburan dan pijat massal 1.001 peserta oleh 100 penyandang tunanetra itu, mendapatkan rekor dari Original Record Indonesia (ORI).

Kredit

Bagikan