Perkembangan seni rupa di selatan Bandung terkendala akses

user
Mohammad Taufik 05 September 2016, 11:30 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sejak zaman kolonial Belanda, seni rupa Bandung banyak berkembang di wilayah utara. Sedangkan di wilayah selatan seni rupa relatif kurang berkembang. Fenomena ini terjadi hingga kini.

"Di utara banyak seniman mapan. Ini sebagai kenyataan," kata dosen Fakultas Seni Desain Institut Teknologi Bandung, Aminuddin TH Siregar kepada Merdeka Bandung baru-baru ini.

Padahal, kata dosen yang akrab disapa Ucok, di selatan Bandung menyimpan potensi seni yang besar, termasuk situasi sosial yang bisa mengilhami seniman, mulai pabrik, cuaca yang lebih panas, penduduknya dan lainnya.

Masalahnya di selatan Bandung terkendala aksesibilitas, misalnya akses jalan yang kerap macet. "Kadang kolektor, kalau orang mau beli dari Jakarta kalau diajak ke Dayeuhkolot menghadapi aksesibilitas itu. Bandung utara lebih aksesabel. Ada posisi yang kurang menguntungkan bagi seniman di selatan," tuturnya.

Ia pernah mengantar kolektor dari Singapura ke pusat-pusat seni di selatan Bandung. Karena masalah akses membuat kunjungan jadi melelahkan. "Sekali kunjungan saja sudah capek. Kalau di utara kita bisa 3 sampai 4 kunjungan studio, di selatan hanya sekali," katanya.

Di sisi lain jumlah seniman dan galeri atau studio seni di selatan Bandung juga tidak sebanyak di utara Bandung, antara lain pelukis Herry Dim, Nandang Gawe dan sejumlah galeri.

Sementara pusat-pusat seni di Bandung utara lebih banyak, baik galeri maupun ruang-ruang alternatif. Sebut saja Selasar Sunaryo Art Space, NuArt NuArt Sculpture Park, dan lain-lain.

Sehingga selain faktor psikologis karena masalah aksesibilitas, juga ada faktor terbatasnya jumlah seniman. "Kalau senimannya banyak kita bisa bilang ke kolektor bahwa kita harus ke sini karena seniman penting ada di sana," katanya.

Akhirnya sejak dulu hingga kini banyak kolektor seni yang lebih memilih utara Bandung. Meski demikian, ia menyarankan kepada seniman di utara Bandung untuk terus berkarya.

"Saran saya seniman-seniman di selatan harus keras kepala untuk terus militan mengembangkan medan seni mereka, terus membuat pameran, publikasikan, jadi kita terbiasa di situ ada ruang-ruang seni," katanya.

Dengan demikian kesenian akan terus berdenyut, sehingga selatan Bandung menjadi cluster seni rupa selain di utara Bandung. "Strategi itu harus dibangun, itu yang sudah dilakukan di utara Bandung bertahun-tahun," ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga tidak bisa menutup mata dengan minimnya akses menuju selatan Bandung. "Pemerintah harus ikut andil di dalam mengembangkan seni rupa," ujarnya.

Kredit

Bagikan