Peran penjual bendera merah-putih diabadikan pelukis Bandung

user
Farah Fuadona 07 Agustus 2016, 09:57 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Agustusan identik dengan penjual bendera. Tanpa mereka, hari kemerdekaan mungkin kurang lengkap. Merekalah yang turut menyemarakan jalan-jalan raya menjadi merah-putih.

Peran penjual bendera musiman itu direkam dalam lukisan cat air oleh seniman Andi Dwi Cahyono. Alumnus Fakultas Seni dan Desain Intsitut Teknologi Bandung 2005 ini melukis penjual bendera di hadapan penjualnya langsung.

Andi memulai melukis Sabtu (6/8) pagi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Bandung, tepatnya di sebuah trotoar depan gedung sebuah bank. Di sana terdapat PKL yang menjajakan bendera merah-putih.

Andi sendiri peserta lomba lukis cat air dalam event Asian Watercolour Expression
III yang digelar di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Sebagai syarat lomba, peserta harus melukis on the spot.

Di saat peserta lain banyak yang melukis gedung-gedung tua bersejarah di sekitar Jalan Braga dan Asia-Afrika, Andi melukis penjual bendera itu.

“Saya ingin melukis aktivitas manusia, juga biar tampil beda,” kata Andi yang sehari-hari mengelola Studio Musim Hujan di Pasir Layung, Bandung.

Di sela melukis, Andi mengajak ngobrol penjual bendera serta pedagang kaki lima lainnya. “Momennya kena, agustusan. Cuman terasa ada yang hilang, saya lagi nyari-nyari 17 agustusannya,” katanya.

Untuk menambah semarak 17 Agustus, ia menambah beberapa imajinasi di atas kertas gambarnya. Mulai dari kibaran bendera merah-putih di tiang bendera, umbul-umbul serta dua orang pejalan kaki.

Imajinasi itu dipadukan dengan detail yang ada di sekitar lokasi seperti di tekel trotoar, pagar, kembang, pohon. Semuanya menjadi latar seorang lelaki penjual bendera berpeci yang sedang memajang bendera merah-putih dagangannya di atas pagar.

Sebelum melukis tukang bendera, pria yang sehari-hari aktif menjadi guru bimbingan belajar di Vila Merah—lembaga pendidikan di Bandung—sempat muter-muter di sekitar Jalan Braga bersama peserta lomba lainnya.

“Kebanyakan peserta ngecengin gedung-gedung tua. Saya pilih penjual bendera,” kata pria yang juga aktif membuat drawing dan patung.

Kredit

Bagikan