Buat batik sendiri, siswa Santo Aloysius Bandung catat rekor dunia

user
Farah Fuadona 22 Februari 2016, 15:37 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Siswa Santo Aloysius Bandung membuat rekor baru yang dicatat Museum Rekor Indonesia (Muri). Mereka membuat batik hasil proses membatik sendiri. Batik tersebut kemudian menjadi seragam yang mereka kenakan sebagai batik sekolah.  
 
Membatik dilakukan oleh 2.500 siswa sekolah Santo Aloysius Bandung tingkat SD, SMP, SMA. Proses membatik dilakukan selama lima bulan, sejak Agustus sampai Desember 2015.
 
Berkat proses kreatif tersebut, para siswa mendapat penghargaan Rekor Dunia dari Muri. Penghargaan diberikan langsung Senior Manajer Muri, Yusuf Ngadri di hadapan ribuan siswa dan guru Sekolah Santo Aloysius Jalan Batununggal Indah II Nomor 30 Bandung.
 
“Apakah Sekolah Santo Aloysius layak mendapatkan rekor Muri? Saya pikir sangat-sangat layak. Lebih dari itu Sekolah Santo Aloysius merancang dan mengenakan batik sebagai seragam sekolah,” kata Yusuf Ngadri, yang disambut germuruh ratusan siswa yang berbaris usai upacara penaikan bendera Senin pagi.


Siswa yang berbaris semuanya mengenakan batik yang didominasi warna biru dengan motif bunga lili lambang Sekolah Santo Aloysius. Sementara bagian bawah batik memuat banyak motif dengan warna semarak hasil kreativitas bebas para siswa, mulai motif binatang, alam, simbol-simbol tradisional dan lainnya. Batik yang dikenakan dibuat dengan dilukis dan dicap.

Pembacaan piagam rekor dunia dari MURI
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana


 
Selain tercatat sebagai rekor baru, Muri juga mengapresiasi dengan memberikan penghargaan Rekor Dunia lewat Piagam Penghargaan Museum Rekor Dunia-Indonesia Nomor 7320/R.Muri/II/2016. Penghargaan diberikan kepada Yayasan Satya Winaya atas rekor Seragam Batik Sekolah Hasil Karya Siswa Terbanyak.
 
Yusuf Ngadri menjelaskan, batik seragam tersebut dibuat siswa Sekolah Santo Aloysius. “Ini mengukir rekor baru, sebelumnya tidak pernah ada sekolah yang merancang batik dengan siswa, kemudian diaplikasikan jadi batik seragam kebanggaan sekolah,” katanya.
 
Ia yakin, di dunia belum ada sekolah yang melibatkan 2.500 siswanya untuk membut batik dan menjadikannya sebagai seragam sekolah. Karena itulah Muri memberikan piagam penghargaan Rekor Dunia.
 
“Di dunia manapun pasti tidak ada, itu kenapa jadi rekor dunia. Batik sebagai warisan budaya dunia, kita berlomba melestarikan warisan bangsa ini. Mudah-mudahan kreativitas ini menular ke sekolah-sekolah lain,” ungkapnya.

Sekolah Santo Aloysius merupakan sekolah yang dikembangkan Yayasan Mardiwijana Bandung dan Yayasan Satya Winaya. Ketua Yayasan, Sherly Iliana, mengatakan ide membatik tersebut dilatarbelakangi keinginan sekolah untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa, yaitu batik.
 
“Kami ajak civitas akademika agar bangga mengenakan batik,” kata Sherly. Dari 2.500 motif batik yang dihasilkan siswa, telah dipilih 87 karya terbaik. Rencananya dari 87 karya tersebut akan dipilih untuk dijadikan seragam sekolah selama beberapa tahun ke depan.
 
Dalam kesempatan itu hadir perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Pendidikan Kota Bandung, serta gereja Katedral Bandung.

Kredit

Bagikan