Penyair dari 2 kota akan bertemu di Pengajian Sastra Bandung
ilustrasi
Bandung.merdeka.com - Dua penyair dari dua kota, Bali dan Madura, akan tampil dalam Pengajian Sasta ke-82 Majelis Sastra Bandung (MSB) di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Bandung, Minggu 6 November 2016. Dua penyair tersebut ialah Mira MM Astra (Bali) dan Mahwi Air Tawar (Madura). Mira akan membawa buku puisi terbarunya âPinara Pituâ dan Mahwi membawa buku âTanah Air Puisiâ.
Ketua pelaksana kegiatan Ratna M Rochiman mengatakan, dua penyair tersebut akan berdiskusi tentang karya. Kedua buku karya mereka akan dibahas penyair muda Hery Maja Kelana dari ASA UPI Bandung.
âIni menarik sekali, karena dua penyair ini belum pernah ke Bandung untuk mempertangungjawabkan karyanya dan dalam diskusi nanti, kedunya juga akan membacakan puisi untuk kita,â ujar Ratna, Senin (24/10).
Ia menjelaskan, pengajian sastra merupakan acara diskusi rutin yang digelar MSB tiap bulannya. Pengajian Sastra kali ini semacam pertemuan penyair Indonesia dari dua kota berbeda bertemu di Bandung. âUntuk menjalin persahabatan kata dan makna yang lebih dalam lagi. Sebuah makna yang tak ternilai,â jelasnya.
Selain itu, pengajian satra akan diwarnai pembacaan puisi dan sajian musik dari musikus Adew Habtsa. Untuk diketahui, MSB merupakan salah satu komunitas sastra di Bandung. Majelis yang mewadahi para penyair atau pecinta sastra ini berdiri 25 Januari 2009 di Gedung Indonesia Menggugat.
Iman Jimbot, seniman Sunda yang telah tampil di 27 negara
De Braga by Artotel gandeng seniman muda Kota Bandung bergaya abstrak yang powerful
Carangan, pendekatan Nasirun pada sosok maestro Nyoman Nuarta
Penyair dari 2 kota akan bertemu di Pengajian Sastra Bandung
500 seniman mural lukis dinding sepanjang 476 meter di Jalan Siliwangi
Perkembangan seni rupa di selatan Bandung terkendala akses
Aksi Save YPK terus bergulir, seniman telanjang dada ke CFD Dago
Seniman perempuan gelar pertunjukan peringati semangat kartini
Penyair ini bandingkan koruptor dengan orang gila
Militansi seniman Bandung di masa 'politik adalah panglima'