Benih fanatisme Persib ditanam sejak usia dini

user
Farah Fuadona 04 April 2016, 14:28 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Meski didera kekalahan yang menyakitkan, bobotoh tetap setia mendukung Persib. Kalah menang, “Persib nu aing,” demikian selogan bahasa Sunda yang sering diusung bobotoh yang artinya “Persib miliku.”
 
Kekecewaan juga dirasakan Dadang Ahmad (29), bobotoh Persib yang sejak kecil menyukai Maung Bandung—julukan Persib. Padahal sejak awal Dadang sudah diniatkan, jika Persib menang ia akan konvoi keliling Bandung.
 
Meski kecewa, pegawai konveksi di Tegalega Bandung ini tidak mengendurkan dukungannya. Baginya, Persib sudah “mendarah daging.” Istilah itu tidak berlebihan mengingat sejak kecil Dadang sudah merasakan atmosfer stadion kala Persib main.
 
“Mulai usia kelas tiga SD saya sering diajak bapak saya nonton langsung Persib,” cerita Dadang kepada Merdeka Bandung, Senin (4/4).
 
Dadang menuturkan, ayahnya memang penggila Persib. Setiap Persib main terutama di Bandung, ayahnya selalu menyempatkan diri nonton langsung ke stadion.
 
“Bapak mah kalau Persib main pasti dikejar,” katanya.
 
Ketika ikut dengan bapaknya itulah, menurut Dadang, benih-benih kecintaan pada Persib mulai tertanam. Ia merasakan puluhan ribu bobotoh yang ada di stadion menerikan yel-yel dukungan untuk Persib.
 
“Waktu itu beberapa kali saya diajak ke Stadion Siliwangi. Ramai sih, tapi takut juga karena masih kecil. Takut terinjak-injak,” cerita Dadang yang kini punya anak dua.
 
Pria yang menggemari penyerang Persib Samsul Arif ini juga akan menurunkan fanatismenya terhadap Persib kepada kedua anaknya.
 
“Anak saya masih kecil-kecil, yang besar SD satu lagi belum sekolah,” ujar pria asal Cililin ini.

Kredit

Bagikan