Tangkuban Parahu, gunung legendaris penuh pesona

user
Mohammad Taufik 10 Desember 2015, 14:19 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Pesona Gunung Tangkuban Parahu seolah tak habis dikupas, meski sering ditulis dan dikunjungi. Keunikan Gunung Tangkuban Parahu tercermin mulai dari nama gunung, bentuk serta kawah-kawah yang ada di puncak gunung dan sebuah legenda yang kesohor di masyarakat.

Sejumlah keistimewaan yang melekat ke Gunung Tangkuban Parahu hingga memunculkan quote tak lengkap berwisata ke Bandung jika tidak mengunjungi Tangkuban Parahu. Tak heran jika gunung ini menjadi ikon wisata Jawa Barat. Gunung Tangkuban Parahu bahkan menjadi lambang Pemerintah Kota Bandung.

"Gunung Tangkuban Parahu termasuk salah satu ikon pariwisata alam di Jawa Barat," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Nunung Sobari, kepada Merdeka.com.

Nama Tangkuban Parahu sendiri konon muncul dari masyarakat Bandung selatan yang melihat ke arah utara. Di Bandung selatan, Gunung Tangkuban Parahu memang tampak menyerupai perahu terbalik, terutama saat langit cerah.

Bentuk gunung yang unik tersebut dijelaskan dalam legenda Sangkuriang yang terlibat kisah cinta terlarang dengan ibu kandungnya, Dayang Sumbi. Dayang Sumbi yang tahu bahwa Sangkuriang adalah keturunannya dari hasil perkawinan dengan si tumang, anjing hitam pemburu, berusaha menghindari cinta Sangkuriang dengan mengajukan permintaan yang sangat berat.

Dayang Sumbi meminta Sangkuriang harus membuat danau dan perahu layar dalam waktu semalam. Berkat bantuan kerajaan jin, nyaris saja Sangkuriang mengabulkan permintaan Dayang Sumbi. Namun ayam jantan keburu berkokok. Dayang Sumbi lega, tetapi Sakuring marah, ia menendang perahu yang baru saja dibuatnya hingga jatuh tertelengkup di lokasi gunung Tangkuban Parahu saat ini.

Itu menurut legenda, lain lagi penjelasan ilmiah mengenai gunung itu. Berdasarkan catatan geologi, gunung ini terbentuk dari aktivitas letusan berulang Gunung Api Sunda, sebuah gunung purba raksasa yang meletus 1829, 1846, 1862, 1887, 1896, 1910, dan 1929. Letusan-letusan tersebut membentuk gugusan gunung-gunung di kawasan Bandung utara termasuk Gunung Tangkuban Parahu.

Aktivitas vulkanologi membentuk geofark-geofark yang ada di Gunung Tangkuban Parahu saat ini, menjadi daya tarik wisatawan dari luar dan dalam negeri. Gunung ini memiliki empat kawah eksklusif. Pertama, Kawah Ratu sekaligus kawah terbesar. Kawah inilah yang kerap kali aktif dan membuat status gunung meningkat sehingga membuat aktivitas wisata ditutup sementara .

Bentuk Kawah Ratu seperti mangkuk raksasa. Pada saat normal, pusat kawah terdapat lubang yang masih mengeluarkan asap putih kekuningan. Dinding kawah ratu berupa material yang bentuknya berundak-undak dengan warna paduan hitam, putih, cokelat, kuning, ungu, merah dan berbagai perpaduan warna lainnya.

Di dasar kawah terdapat hamparan sulfur yang menyerupai pasir berwarna putih kekuningan. Kawah ini hanya bisa dilihat dari kejauhan, pengunjung tidak bisa turun ke dasar kawah karena masih ada gas beracun.

Pengelola juga menyediakan menara pandang yang terletak di parkir utama Kawah Ratu. Dengan menara ini, bisa disaksikan hamparan panorama alam sekitar Tangkuban Parahu, tumbuh-tumbuhan khas gunung api, hingga dataran rendah Subang seperti hamparan perkebunan teh, laut Cirebon, pengeboran minyak tanah dari daerah Indramayu, Gunung Ceremai, Gunung Papandayan, dan lain-lain.

Kawah kedua Gunung Tangkuban Parahu adalah Kawah Upas jaraknya sekitar 500 meter dari pos pemantauan. Kawah ini sudah tidak aktif sehingga wisatawan bisa turun ke dasar kawah yang dangkal. Wisatawan bisa memegang material kawah seperti sulfur dan bebatuan gunung api.

Ketiga, Kawah Domas sekaligus kawah yang paling 'akrab' dengan wisatawan. Meski tergolong aktif dan memiliki kadar gas, namun di Kawah Domas wisatawan dapat menuruni dasarnya. Wisatawan bisa menikmati air panas hingga merebus telur.

Keempat, Kawah Baru yang berada di antara kawah Ratu dan kawah Upas. Kawah ini masih aktif dan mengandung kadar gas beracun.

Fasilitas tambahan yang disiapkan di antaranya outbond di sekitar Terminal Bus Jayagiri. Bentuk permainannya di antaranya Flyingfox dengan panjang kurang lebih 500 meter, Tarzan Swing, Giant Swing dan 38 permainan Hightropes dan Playground untuk anak-anak.

Selain itu, dalam waktu tertentu pengelola menggelar acara budaya, salah satunya Hajat Gunung. Acara budaya digelar di panggung budaya yang berlokasi di Terminal Jayagiri. Panggung ini menampilkan berbagai kesenian khas Jawa Barat seperti seni tari dan musik.

Gunung Tangkuban Parahu juga memiliki posisi yang strategis. Di kaki gunung ini terdapat kolam pemandian air panas Ciater. Daerah ini kerap menjadi tujuan utama para turis yang ingin berendam air panas. Sehingga para turis yang telah berkeliling di Tangkuban Parahu bisa melanjutkan dengan wisata berendam air panas yang dipercayai akan menyembuhkan penyakit gatal dan sesak napas.

Selain dekat dengan pemandian Ciater, Tangkuban Parahu berdampingan dengan Hutan Lindung Cikole. Di sepanjang Jalan Raya Tangkuban Parahu mudah ditemui berbagai makanan khas seperti ketan bakar, jagung bakar, ubi bakar, dan aneka sayuran untuk oleh-oleh.

Untuk mencapai gunung Tangkuban Parahu, dari arah Bandung bisa melewati Tol Pasteur dilanjutkan ke Jalan Dr Djunjunan, Pasirkaliki, Sukajadi, Setiabudi, Jalan Raya Lembang. Kemudian di daerah Pasar Lembang ada persimpangan yang menuju Jalan Rangkubanparahu. Jika keluar dari Tol Padalarang, bisa mengambil arah Cimahi, Jalan Kolonel Masturi, Cisarua, Parongpong, Jalan Raya Lembang.

Kredit

Bagikan