Menyelami keanekaragaman hayati Tangkubanparahu hingga Kawah Putih

user
Muhammad Hasits 19 Maret 2016, 13:14 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Jawa Barat kaya akan keanekaragaman hayati yang khas. Sebut saja kekayaan alam di Gunung Tangkubanparahu, Lembang, Gunung Papandayan, Garut, hingga Kawah Putih, Ciwidey.

Untuk mendalami keanekaragaman alam itu, kelompok keahlian ekologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) menyebar penelitinya di berbagai titik Jawa Barat.

“Kita punya spot-spot penelitian. Ada yang di Gunung Papandayan, Tangkubanparahu, maca-macam spot-spot penelitiannya,” kata dosen ekologi SITH ITB, Dian Rosleine, kepada Merdeka Bandung.

Perempuan yang meneliti di spot Pangandaran dan Gunung Halimun ini mengungkapkan, dari penelitian itu banyak hal yang didapat bagi ilmu pengetahuan maupun bagi kepentingan manusia khususnya dalam konservasi alam.

Contohnya di Gunung Papandayan, ditemukan efek kebakaran hutan pada regenerasi pohon dan keanekaragaman. Hasil riset menemukan ada pohon tertentu yang bisa tumbuh cepat setelah terjadinya kebakaran.

“Sehingga jika ada hutan yang rusak terbakar, harus ditanam pohon tersebut agar hutan tersebut cepat menjadi hutan kembali,” katanya.

Langkah penelitian biasanya diawali dengan meneliti keanekaragaman, dinamika hutan, hingga ke level lebih tinggi misalnya menganalisa tumbuhan atau pohon yang cepat mati dan mudah tumbuh.

“Kita cari cara untuk restorasi hutan yang sudah terganggu, kalau ada gangguan itu apa saja yang terjadi, terus kalau kita mau membantu mempercepat hutan itu jadi hutan kembali apa yang harus ditanam. Selain itu dipelajari juga konservasi lahan dan habitatnya,” paparnya.

Setiap tempat yang menjadi spot penelitian di Jawa Barat, kata dia, memiliki keunikan tersendiri. Mislnya Tangkubanparahu yang merupakan gunung api memiliki tanaman bertahan terhadap paparan sulfur yang tinggi.

Sementara di Pangandaran ada bunga raflesia yang hanya tersebar di bagian selatan Pulau Jawa. “Sedikit orang yang tahu bahwa raflesia itu ada di Pangandaran,” katanya.

Dalam penelitian lapangan pula peneliti menemukan tempat-tempat “ajaib.” Ia menyebutkan ada padang rumput di tengah hutan Papandayan yang bentuknya selalu sama tiap tahunnya.
 
“Padahal padang rumput itu berada di tengah hutan. Data pertama kali ditemukan hingga sekarang bentuknya sama, tetap tegal rumput. Jadi masing-masing daerah di Jawa Barat punya keunikan sendiri-sendiri,” katanya.

Kredit

Bagikan