10 kecamatan di Kota Bandung berpotensi terjadi likuifaksi
Bandung.merdeka.com - Wilayah Kota Bandung menjadi salah satu wilayah rawan gempa akibat adanya Sesar Lembang. Sejumlah wilayah di Kota Bandung dinilai berpotensi terjadi likuifaksi seperti di Palu.
Diketahui, fenomena tanah bergerak atau likuifaksi menjadi perbincangan usai gempa bumi berkekuatan 7,4 yang terjadi di Palu Sulawesi Tengah. Bahkan akibat fenomena ini sebuah kampung bernama Petobo hilang akibat amblas ke dalam tanah.
Kasubit perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup Bappelitbang Kota Bandung Andry Heru Santoso mengatakan, ada 10 kecamatan di Kota Bandung yang berpotensi besar terjadi likuifaksi akibat efek gempa bumi. Sebagian besar wilayah tersebut berada di Bandung Selatan dan Bandung Timur.
"Ada 10 kecamatan yang tanahnya berpotensi besar likuifaksi akibat efek gempa bumi. 10 kecamatan itu yakni Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bojongloa Kidul, Astana Anyar, Regol, Lengkong, Bandung Kidul, Kircon dan Antapani," ujar Andri dalam acara Bandung Menjawab yang digelar di Taman Sejarah, Kamis (11/10).
Menurut Andri, potensi terjadinya likuifaksi di Kota Bandung ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Bappeda (sekarang Bappelitbang), pusat mitigasi bencana ITB dan United Nation PBB. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu tahun 1992 hingga 2000.
"Ini sebenarnya penelitian lama, artinya perlu dikaji kembali. Informasi ini juga jangan jadi ketakutan, karena ini baru melihat bahwa potensinya disitu. Kejadian gempa juga tidak tahu kapan tapi untuk mempersiapkan diri lebih baik," kata dia.
Andri mengungkapkan, bahwa masyarakat harus hidup harmonis dengan bencana. Apalagi Kota Bandung menjadi salah satu wilayah rawan bencana.
"Kita harus bisa mencontoh seperti di Jepang, warganya berteman dengan gempa. Banyak langkah antisipasi yang dilakukan salah satunya menyiapkan rumah antigempa dan lainnya,"ucapnya.
Di Kota Bandung lanjut Andri, pihaknya melakukan hal serupa. Ke depan pihaknya akan mengevaluasi bangunan terutama bangunan tinggi. Selain itu sosialsiasi kepada masyarakat terus tingkatkan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi bencana.
"Kita akan coba evaluasi perizinan persyaratan bangunan. Minimal ada upaya untuk meminimalisir risiko. Dipersiapkan di dalam banguan juga ada jalur evakuasi. Jadi persiapan secara teknis kita perkuat tentang bangunan gedung dan jalur evakuasi bagaimana kalau terjadi gempa ini harus mulai diinformasikan kepada masyarakat. Jadi intinya informasi ini bukan untuk membuat panik tapi (masyarakat) harus siap," katanya.