Rumah Zakat kirim relawan untuk bantu korban musibah tsunami di Palu
Bandung.merdeka.com - Rumah Zakat mengirimkan relawan dari delapan provinsi ke Kota Palu. Relawan ini bertugas untuk membantu para korban tsunami yang terjadi di Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9) lalu. Diketahui, sebelumnya gempa berkekuatan 7,4 SR menimpa kabupaten Donggala dan memporak-porandakan daerah tersebut.
Berdasarkan data BNPB per 29 September 2018 pukul 13.00 WIB, akibat dari tsunami yang menimpa darah tersebut adalah 832 orang meninggal, 580 orang mengalami luka berat, ribuan rumah hancur dan 16.732 orang terpaksa mengungsi di 24 lokasi.
“Merespon kejadian ini, Rumah Zakat mulai mengirimkan Relawan sejak Jumat malam. Relawan dikirim dari 8 provinsi, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sumatera Barat,” jelas Chief Program Officer, Murni Alit Baginda kepada Merdeka Bandung, Senin (1/10).
Ia menjelaskan, relawan yang dikirim terdiri dari tim evakuasi, dan tim medis. Hingga saat ini, Rumah Zakat telah mengirimkan 13 orang tim evakuasi, lima orang tim medis, dua unit ambulance, satu mobil klinik, bantuan logistik hingga pengiriman 100ribu kornet Superqurban dan siaga pangan.
“Fokus bantuan kita di masa tanggap darurat ini adalah evakuasi, rapid assessment, layanan medis, bantuan logistik, layanan dapur umum dan layanan kebersihan,” terang Murni.
Untuk membantu pemerintah dalam penanganan bencana di Sulawesi Tengah mulai dari masa tanggap darurat hingga masa recovery dan rehabilitasi, Rumah Zakat membuat empat gelombang tahapan aksi penanganan bencana di Sulawesi Tengah, yang disesuaikan dengan kondisi dan fase Bencana di lapangan.
Pada Gelombang pertama ini, Rumah Zakat mengirimkan relawan untuk membantu evakuasi, assessment, pelayanan medis, penyaluran logistic, dan layanan dapur umum , serta mengirimkan ambulance dan mobil klinik. Di Gelombang II, penanganan bencana ditambah dengan penyediaan pos pengungsian, mesjid darurat, toilet komunal dan layanan psikososial.
Di Gelombang III yang bertepatan dengan masa recovery, kami akan mulai mendirikan hunian sementara, penyiapan sekolah darurat dan penyediaan layanan kesehatan. Dan di Gelombang IV atau masa rehabilitasi, selain kita masih terus menyediakan hunian sementara dan sekolah darurat, kami juga akan mulai melakukan pendampingan ekonomi untuk warga terdampak .
“Kedepannya, kita berencana akan mendirikan desa berdaya dengan program-program pemberdayaan yang terintegrasi di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan, agar warga terdampak dapat kembali pada kehidupannya seperti sebelum terjadi bencana,” tutup dia.