FEWEAS, aplikasi mitigasi bencana banjir buatan ahli ITB

Ketua tim pengembangan aplikasi, Dr. Armi Susandi
Bandung.merdeka.com - Memasuki musim penghujan, beberapa wilayah di Indonesia tampak mulai waspada. Terutama pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai. Pengamatan curah hujan dan tinggi muka air sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum menjadi perhatian utama masyarakat Kota Bandung.
Institut Teknologi Bandung (ITB) didukung oleh International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), PMI, Zurich Insurance Indonesia, Perum Jasa Tirta II, BPBD Provinsi Jawa Barat, Pusair Kementerian PUPR dan BBWS Citarum membangun aplikasi untuk mengantisipasi bencana banjir di beberapa wilayah sekitar daerah aliran Sungai Citarum.
Aplikasi berbasis sistem Android, iOS dan Web-Based ini diberi nama FEWEAS (Flood Early Warnng and Early Action System). FEWEAS Citarum merupakan generasi ke-2 setelah FEWEAS sebelumnya dibangun untuk wilayah sungai Bengawan Solo.
"Pengadaan stasiun pengamatan tergolong mahal, terutama perawatannya. Untuk itu, ITB bekerja sama dengan instansi Perum Jasa Tirta II untuk tiga belas titik pos duga air di DAS Citarum yang terhubung dengan aplikasi FEWEAS. Ketiga belas titik tersebut adalah Siphon Cibebet, Jengkol Weir, Macan Weir, Gadung Weir, Salamdamra Weir, Bendungan Cikarang, Bendungan Cibeet, Siphon Bekasi, Bendungan Walahar, Tailrace, Majalaya, Bendungan Cisomang. Selain itu juga ditambah dukungan 12 pos curah hujan dan 6 pos cuaca yang tersinkronisasi dengan aplikasi FEWEAS," ujar ketua tim pengembangan aplikasi, Dr. Armi Susandi, di Kampus ITB.
Menurutnya, FEWEAS memiliki tingkat akurasi tinggi dan mudah digunakan. Sistem yang merupakan kombinasi dari informasi prediksi cuaca dan prediksi genangan resolusi tinggi hingga 1 km, dinilai memiliki ketepatan tinggi. Tidak hanya itu, aplikasi FEWEAS mudah digunakan oleh masyarakat secara umum. Masyarakat juga dapat berbagi informasi menggunakan aplikasi FEWEAS.
"Informasi yang dikirim FEWEAS adalah prediksi jangka pendek, menengah dan informasi observasi near real time. Prediksi jangka pendek di antaranya status kewaspadaan banjir, genangan, tinggi muka air, dan cuaca dalam interval 1 jam untuk tiga hari ke depan. Prediksi jangka menengah di antaranya prediksi kerentanan banjir dalam interval 10 hari untuk 5 tahun ke depan," ujar lulusan Max Planck Institute for Meteorology, Jerman ini.
Pengamatan curah hujan dan tinggi muka air diukur sepanjang DAS Citarum menggunakan beberapa peralatan yaitu Automatic Weather Station (AWS) untuk pengamatan cuaca, Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air, dan Automatic Rain Gauge untuk mengukur curah hujan. Selain prediksi bencana banjir, aplikasi FEWEAS juga memberikan rekomendasi tindakan aksi mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dampak bencana berdasarkan hasil prediksinya.
Untuk mengirimkan prediksi bencana pada masyarakat, FEWEAS juga dilengkapi dengan fitur Common Alerting Protocol (CAP) sebagai pendukung keputusan yang berguna untuk mengumumkan status kewaspadaan dan mengirim secara otomatis lewat web, Android/iOS, atau SMS. Pada aplikasi ini terdapat pula pilihan adaptasi untuk mengurangi level kerentanan bencana banjir dari hulu hingga hilir untuk 5 tahun ke depan.
Sebagai pilot project, FEWEAS saat ini telah digunakan oleh masyarakat untuk mengantisipasi banjir di daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang melewati dua provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. FEWEAS juga mudah untuk dimengerti. Dari hasil survei selama latihan, lebih dari 90 persen partisipan mengerti tentang fitur yang tersedia dalam FEWEAS dan dapat menggunakan informasinya dalam mengambil tindakan awal.
Awal peluncuran FEWEAS generasi pertama sebetulnya telah dilakukan pada 30 Maret 2016 oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah. Setelah peluncuran, FEWEAS mengalami beberapa augmentasi seperti fitur tindakan awal serta fitur CAP yang telah disebutkan sebelumnya.
Kesuksesan FEWEAS di Bengawan Solo memberi dampak positif pada pengembangan selanjutnya. Masyarakat waktu itu meminta FEWEAS juga dikembangkan untuk aliran Sungai Citarum dan Ciliwung. FEWEAS Ciliwung kini statusnya masih menunggu investor. Permintaan tersebut juga datang dari pihak swasta dan pemerintah daerah tersebut.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak