Jelang KTT G20 2022, Sebuah Dialog Digelar Guna Membangun Kolaborasi

user
Endang Saputra 13 Desember 2021, 13:40 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Presidensi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 segera digelar. Indonesia dipercaya menjadi tuan rumahnya. Jelang hajatan akbar itu sebuah kegiatan dialog dan diskusi akan dilangsungkan. Tujuannya untuk membangun kolaborasi yang apik dari banyak pihak.

Dialog yang diangkat mengusung topik 'Solve the World Challenge : Recover Together, Recover Stronger and Smarter (Digitalization, Governance and Empowerment)'.

Kegiatan tersebut diselenggarakan Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB (PIKKC-ITB) sebagai host institution dalam pelaksanaan Task Force 2 - Think 20, dengan menggandeng Gen81 ITB.

Task Force 2 - Think 20 sendiri dibentuk sebagai sebagai Bank Ide, yang memberikan rekomendasi secara analitis dan independent dalam proses pengambilan keputusan G20.

Ketua PIKKC-ITB sekaligus Lead Co-Chair Task Force 2 - Think 20 Prof. Suhono H. Supangkat mengatakan, dialog diarahkan untuk membahas isu-isu KTT G20 pada tahun 2022.

Spesifiknya terkait permasalahan global berkenaan perkembangan digital, tata kelola, pemberdayaan sumber daya dan perubahan iklim global atau climate change.

Sejumlah pembahasan itu tidak terlepas dari kondisi pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan berdampak pada berbagai sektor, misalnya kesehatan, ekonomi, dan lainnya.

Karena itu juga, dialog dibuat untuk membangun kolaborasi dalam mengumpulkan pemikiran untuk menghasilkan solusi-solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia.

Sejalan dengan itu, diharapkan Indonesia dapat memberikan kontribusi yang berarti ketika kegiatan KTT G20 tahun 2022 nanti berlangsung.

"Acara ini dapat menghubungkan dot-dot atas pemikiran akademisi, para pakar dan ahli serta pemerintah untuk berkontribusi dalam membuat kebijakan pada level global untuk menjawab tantangan pada masa yang akan datang baik dalam sektor ekonomi, sosial maupun lingkungan,” jelas Suhono dari berita tertulis diterima Merdeka Bandung.

Suhono mengungkapkan, pada pelaksanaannya, kegiatan dibagi ke dalam empat sesi diskusi dengan melibatkan antara lain pemerintah pusat, wakil rakyat, pemerintah daerah, instansi pemerintah, akademisi serta pakar dan ahli.

Pada sesi pertama, narasumber yang hadir antara lain Irwan Sinaga (Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Amerika dan Pasifik), Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D (Dirjen Pelayanan Kesehatan), Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M. Sc. (Profesor UNILA Bidang Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Alam), Arya Damar (Direktur Utama Lintasarta).

Sesi kedua dihadiri oleh Masyita Crystallin (Stafsus Menkeu bidang Kebijakan Fiskal & Makroekonomi), Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc. (Kepala BPPT), Prof. Dr. Djarot S Wisnubroto (Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Republik Indonesia (2012-2018), Hiramsyah S. Thaib (CEO Gobel Group). Pada sesi ini dibahas isu-isu mengenai perubahan iklim serta program dalam mengurangi emisi global (zero nett emission).

Pada sesi ketiga, narasumber yang hadir antara lain Dr. Ir. Wayan Koster, M.M. (Gubernur Bali), Herdy Rosadi Harman (Direktur SDM dan Digital PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero)), Prof. Dr. Ahmad M Ramli (Guru Besar FH UNPAD).

Dan pada sesi akhir, kegiatan ini ditutup dengan paparan mengenai ide-ide dari Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto (Walikota Makassar), Gatot S Dewa Broto (Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (2017-2021)), Prof. Dr. Ir. Sutanto Soehodho, M.eng (Guru Besar Universitas Indonesia Bidang Transportasi).

Suhono pun mengajak akademisi dan industri untuk berkontribusi dalam mempersiapkan presidensi G20 Indonesia ini.

“Saya sebagai Lead Co-Chair Task Force 2- Think 20 mengundang masukan-masukan untuk abstract policy brief baik di bidang digitalisasi dan cyber security maupun empowerment sehingga Indonesia pada presidensi kali ini dapat memberikan kontribusi untuk saving the future,” ungkapnya.

Kredit

Bagikan