Kerja sama apik Soleh Solihun dan Monty Tiwa dalam 'Mau Jadi Apa?'
Bandung.merdeka.com - Mendapat kepercayaan menjadi seorang sutradara, pemeran utama, dan kisah pribadinya diangkat dalam sebuah film merupakan hal besar bagi Soleh Solihun. Ia mengemas semuanya dalam film bertajuk 'Mau Jadi Apa?'.
Membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menerima tawaran menjadi seorang sutradara film, pria asli Kota Kembang itu tak mengerjakannya sendiri. Ia menggandeng Monty Tiwa, sutradara yang namanya patut diperhitungkan dalam ranah perfilman.
Kerja sama yang apik antara Soleh dan Monty ini rupanya berhasil menyuguhkan sebuah karya dengan penuh decak kagum. Hal tersebut terbukti dari ramainya acara penayangan perdana film 'Mau Jadi Apa?' di Jatos Mall, Kamis (16/11).
Studio bioskop yang penuh dihadiri oleh tamu undangan itu ramai dihiasi gelak tawa selama film yang berdurasi 104 menit itu berlangsung. Ya, Soleh dan Monty berhasil menyuguhkan tontonan komedi yang renyah dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
"Karena kesamaan visi dan misi akhirnya daya memilih Monty untuk membantu saya dalam mengerjakan film ini. Dalam dua film sebelumnya, Monty selalu berhasil bikin scene saya bagus dan lucu. Itu lah yang bikin saya ngerasa cocok sama Monty," ujar Soleh, Kamis (16/11).
Pembagian kerja dalam menggarap film yang rencananya akan tayang pada 30 November mendatang ini dinilai Soleh begitu menyenangkan. Monty yang memang seorang sutradara profesional mampu mengaplikasikan keinginan Soleh dalam sebuah pengambilan gambar yang ciamik.
Begitupun Soleh dimata Monty. Bagi dia, Soleh tak hanya mampu menceritakan keinginannya selama proses syuting, namun juga tanpa diduga Soleh memiliki kemampuan menjadi sutradara seutuhnya.
"Dalam film ini, Soleh merupakan arsitek dan saya adalah insinyur sipilnya. Tetapi semua yang sudah kita rencanakan di atas meja hanya berlaku hanya dihari ketiga, hari berikutnya kami semakin rancu. Enggak ada lagi kerja saya atau Soleh, kami team. Rupanya Soleh juga mampu menyumbang ide teknis, dan saya dikasih ruang mengacak-ngacak blue print," jelas Monty.
Proses pengerjaan film yang berjalan setelah tiga hari dan dinilai semakin rancu karena tak sesuai dengan apa yang dibicarakan pada awalnya ini justru dinilai Monty begitu menyenangkan.
"Justru setelah hari ke tiga, kerjasama paling enak kita karena saya dan Soleh saling mengisi. Kita engga tau lagi batasannya gimana tapi rupanya menggarap film bareng Soleh begitu menyenangkan," tutur Monty.