Ini permasalahan Sungai Citarum dari hulu ke hilir

user
Farah Fuadona 15 November 2016, 14:36 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Yudha Mediawan mengatakan, banjir yang menerjang wilayah Bandung ini tak lepas dari gambaran permasalahan dari citarum hulu menuju hilir. "Harus dibenahi dari hulu ke hilir agar Bandung bebas banjir," ujar Yudha kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara Seminar Solusi Penanggulangan Banjir Citarum di Grand Royal Panghegar Hotel, Selasa (15/11).

Berikut adalah permasalahan Citarum Hulu yakni lahan kritis 26,022 hektare (20 persen) dan erosi sebesar 592.11 ton per hektare per tahun, sampah 500.000 meter kubik per tahun yang tidak dapat ditampung masuk ke sistem drainase dan sungai.

Kemudian sedimentasi 7,9 juta ton per tahun masuk ke sungai Citarum akibat tingginya erosi yang terjadi di daerah hulu sunga dan sungai tercemar dari limbah industri yang dibuang ke Sungai Citarum setiap harinya. Selanjutnya adalah permukiman berkembang tanpa perencanaan yang baik dan juga tanpa memperhatikan tata ruang yang ada serta penurunan tanah dicekungan bandung 4-5 centimeter per tahun karena pengambilan air tanah yang berlebihan oleh industri.

"Untuk permasalahan Citarum tengah satu ada keramba terapug yang melampaui daya dukung yaitu mengakibatkan menurunnya kualitas air Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang berdampak pada kesehatan masyarakat dan berkurangnya umur pelayanan hidromekanikal pada waduk," ujarnya.

Lalu belum adanya koordinasi dan implementasi SOP terpadu kaskade tiga waduk, hilir emergency spillway Waduh Jatiluhur di Ubrug, telah dipenuhi permukiman dan menurunnya kondisi hidromekanikal waduk Ir. Djuanda.

"Portrait permasalahan Citarum tengah dua adalah sedimentasi Waduk Saguling dan Cirata. Sedimentasi di Waduk Saguling mencapai 8.2 juta meter kubik setara dengan laju 3 milimeter per tahun dan angka tersebut tiga kali lebih cepat dibanding laju perencanaan sebesar 1 milimeter per tahun," kata Yudha.

Untuk permasalahan Citarum hilir karena menurunnya kondisi dan fungsi prasarana irigasi, rusak berat 16 persen, dan rusak tingan 31 persen yang mengakibatkan menurunnya produksi padi di Waduk Jatiluhur yang menyumbang 6 persen produksi nasional.

"Permasalahan lainnya adalah kurangnya prasarana penganan abrasi pantai, beluk memadainya kondisi dan fungsi prasarana pengendali banjir, serta belum terpenuhinya penyediaan air baku Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi dan DKI Jakarta," kata dia.

Kredit

Bagikan