Budaya SAR diharapkan tumbuh di hati masyarakat Jawa Barat
Bandung.merdeka.com - Jawa Barat merupakan salah satu wilayah dengan potensi bencana tertinggi di Indonesia. Diharapkan masyarakat Jabar tumbuh budaya SAR. Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur Jabar, Deddy Mizwar, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) dan Pelatihan Search and Rescue (SAR) se-Jabar.
Â
âMelalui momentum Rakor dan Pelatihan SAR diharapkan bisa menumbuhkan budaya SAR kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat bisa memahami dan mengerti serta bisa berperan aktif sebagai potensi SAR dalam membantu operasional SAR,â kata Deddy melalui keterangan tertulis yang diterima Merdeka Bandung, Jumat (26/8).
Â
Masyarakat diharapkan bisa memperkuat strategi maupun pelaksanaan untuk meminimalisir terjadinya bencana di Jabar, termasuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
Â
Menurutnya, dalam menghadapi bencana diperlukan perencanaan, keterpaduan, dan koordinasi secara menyeluruh dari seluruh aparat pemerintah serta peran serta masyarakat.
Â
Karakter wilayah Jabar rawan terhadap bencana, baik secara geografis, geologis, hidrologis, maupun klimatologis. Di wilayah utara Jabar merupakan daerah dataran rendah, wilayah tengah dan selatan merupakan dataran pegunungan yang memanjang dari barat ke arah timur.
Â
Jabar juga berada di atas lempengan bumi yang memanjang dari Pulau Sumatera hingga pulau Jawa. âSehingga Jabar secara ilmiah diprediksi dan sangat mungkin menjadi daerah yang rawan bencana,â katanya.
Â
Selain itu, Jabar juga memiliki tujuh gunung api aktif, 40 daerah aliran sungai, serta wilayah selatan yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki potensi gempa dan tsunami, longsor, banjir, serta angin puting beliung.
Â
Dengan kondisi tersebut, kata dia, Pemerintah Provinsi Jabar harus memprioritaskan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) mulai tahapan pra bencana, saat bencana, sampai dengan tahap pasca bencana.
Â
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI F. H. B. Soelistyo mengatakan, Rakor dan Pelatihan SAR se-Jabar diharapkan menjadi embrio untuk mensosialisasikan pentingnya SAR dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.
Â
Ia juga mengingatkan, ego sektoral mesti dikesampingkan dalam menghadapi masalah kebencanaan. Dalam menghadapi potensi bencana, diperlukan kebersamaan atau gotong royong sehingga bisa meningkatkan rasa kemanusiaan.
Â
"Kunci sukes kita bisa menghadapi potensi atau peluang musibah atau bencana adalah sebenarnya hanya satu, yaitu rasa keikhlasan kita untuk bersama-sama. Kita turun melakukan kegiatan-kegiatan kebencanaan dengan tulus tanpa kepentingan yang lain termasuk dalam kegiatan kemanusiaan," kata Soelistyo.