Pengamat: Gerakan kiri Indonesia cenderung kece dan anti-kekerasan

Oleh Mohammad Taufik pada 20 Mei 2016, 20:33 WIB

Bandung.merdeka.com - Pengamat sosial Budi Rajab menilai dewasa ini memang lagi musim gerakan sosial yang cenderung kiri, meskipun bukan berarti ideologi mereka komunis atau Marxis. Ciri pertama gerakan sosial di Indonesia adalah pelakunya generasi muda dengan usia di bawah 40 tahun.

"Di dalam gerakan sosial itu pasti agak kekirian, itu pasti," kata Budi Rajab, dalam diskusi di Festival Indonesia Menggugat terkait Hari Kebangkitan Nasional, di Bandung, Jumat (20/5).

Berbeda dengan gerakan kiri yang lebih terbuka, gerakan sosial kanan cenderung beringas. Gerakan kanan biasa terhimpun dalam organisasi-organisasi ekslusif. "Kan kalau gerakan kanan biasanya diktator, fasis, wajahnya beringas. Kalau yang kiri tidak beringas," katanya.

Ia menuturkan, sejak 1986 gerakan sosial kiri di Indonesia bersifat anti-kekerasan. Ini banyak dilakukan buruh tani yang lawannya negara, yakni aparat kepolisian maupun tentara.

Pasca-reformasi, lawan gerakan sosial kiri bukan hanya negara melalui aparaturnya, tetapi gerakan sosial kanan yang beringas ditambah preman-preman yang bernaung di bawah organisasi massa.

Menurut dia, maraknya gerakan sosial di Indonesia dewasa ini dipengaruhi teknologi digital atau media sosial. Sehingga gerakan sosial kini lebih sulit diberangus daripada gerakan sosial di masa lalu.

"Zaman dulu akhir 70-an, dibabat tentara dan polisi sudah beres. Sekarang sulit karena ada teknologi. Peran teknologi digital kuat sekali," katanya.

Peran teknologi juga membuat gerakan sosial cepat meluas dan memicu solidaritas. Contohnya pembunuhan Salim Kancil di Lumajang, Jawa Timur, memicu solidaritas seluruh Indonesia. Peran teknologi juga membuat gerakan sosial mudah terkonsolidasi.

Namun, meski dalam praktiknya gerakan sosial di Indonesia cenderung kekirian, namun bukan berarti ideologinya komunis atau marxis. Contohnya gerakan buruh atau buruh tani saat ini tidak bisa disebut beridiologi komunis.

Selain itu gerakan sosial era kini terbilang unik dan melek gadget. Beberapa pelaku gerakan sosial adalah anak muda yang biasa nongkrong di cafe, sambil ngopi, kadang ngebir dan berinternet.

"Jadi ini mah sedang musim saja dengan kiri yang kece," katanya seraya menambahkan gerakan sosial juga marak terjadi di Amerika Latin dan Asia Selatan. Di Asia Tenggara, gerakan ini bergerak di Indonesia.

Untuk diketahui, dalam ilmu politik kekuatan kiri diartikan sebagai kekuatan pro-rakyat kecil yang termarjinalkan, antara lain buruh dan petani. Gerakan kiri sering tertukar dengan komunisme yang menamakan diri gerakan kaum proletar.

Sebaliknya gerakan kanan adalah kaum konservatif yang memiliki kekuasaan dalam bentuk uang maupun politik, misalnya pemilik lahan, pengusaha, bangsawan, penguasa.

Mahasiswa harus coba mengorganisir buruh tani

Di tempat sama, Ketua Umum Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan), ArieLamonjong, meminta mahasiswa mencoba mengorganisir buruh tani. Hal ini perlu dilakukan sebagai praktik dari hasil bacaan dan diskusi ilmiah yang selama ini digeluti mahasiswa di kampusnya.

"Tanpa mencoba melakukan organisir buruh tani tidak akan ketemu pijakan praktiknya," katanya.

"Tanpa mempraktikkan gerakan sosial saya pikir hanya teori gerakan sosial hanya sekadar pengetahuan, sekadar penghias pikiran," ujar Ari menambahkan.

Dalam kesemptan tersebut hadir pula perwakilan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) Dewi Kartika yang menyatakan organisir petani penting untuk memperjuangkan keadilan bagi buruh tani.

Saat ini kondisi buruh tani di Indonesia terancam tergerus pembangunan infrastruktur, konflik dengan perkebunan milik negara, konflik dengan pertambangan, laut dan lain-lain.

Akibatnya, kata Dewi Kartika, banyak buruh tani kehilangan tanah garapannya. Menurut Badan Pusat Statistik, tiap menit satu keluarga petani hilang dan terlempar ke sektor lain, yakni kerja sebagai buruh informal di kota dan lainnya.

Menyikapi hilangnya keluarga petani, KPA mendorong pembentukan organisasi buruh tani. "Karena lawannya terorganisir, petani pun harus terorganisir. Kita dorong para petani untuk menjadi serikat tani, kita berikan pelatihan," katanya.

Menurut dia, mengorganisir petani artinya harus terjun langsung ke bawah, ke sentral-sentral pertanian. "Kita dorong langsung dari bawah agar petani memenangkan dirinya sendiri," katanya.

Salah satu isu yang didorong dalam pengorganisiran petani adalah mendukung dilakukannya reformasi agraria. Reformasi agraria merupakan penyelenggaraan pertanian yang berkeadilan.

"Struktur pertanian di negeri ini harus berkeadilan, sehingga petani-petani gurem mendapatkan haknya," katanya.

Tag Terkait