Menkominfo minta PFI jangan hanya sebagai organisasi profesi

Oleh Farah Fuadona pada 09 April 2016, 17:59 WIB

Bandung.merdeka.com - Menteri Komunikasi dan informatika Rudiantara berharap Pewarta Foto Indonesia (PFI) bukan hanya sebagai organisasi profesi yang mewadai para jurnalis foto, tetapi juga diharapkan jadi organisasi yang kreatif.

“Pewarta foto jurnalis berbeda dengan fotografer pernikahan. Maka seharusnya PFI bukan hanya sebagai organisasi profesi tetapi juga organisasi yang mengembangkan kreativitas,” kata Rudiantara, Sabtu (9/4).

Hal itu diungkapkan Rudiantara yang membuka pengumuman nominasi Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) 2016 di Gedung Merdeka Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung.

Salah satu tantangan bagi PFI, lanjut Rudiantara, adalah bagaimana peran organisasi dalam melindungi hak cipta anggotanya. Dalam tugasnya, jurnalis foto di lapangan sering mengabadikan momen-momen penting yang kemudian karya-karyanya masuk di internet.

Momen yang diabadikan tersebut bisa berupa peristiwa maupun tokoh. Tugas PFI bagaimana agar karya yang muncul di internet bisa berbayar jika diunduh. Sehingga biaya unduh akan meningkatkan kesejahteraan pewarta foto yang karyanya diunduh.

“Misalnya ada tokoh yang ingin mengoleksi foto dirinya hasil foto jurnalis. Bagaimana agar tokoh yang mengumpulkan fotonya itu sekali klik misalnya bayar berapa,” katanya.

Menurutnya, PFI memiliki potensi besar untuk bisa melindungi hak cipta anggotanya yang tahun ini mencapai 800 orang se-Indonesia. “Namun usaha seperti itu membutuhkan kreativitas,” katanya.

Ia menambahkan, foto jurnalistik berbeda dengan foto lainnya. Foto jurnalis mampu menangkap momen penting yang mungkin dilewatkan media lain, misalnya televisi atau wartawan tulis.

“Foto jurnalis lebih dari sekedar foto, maknanya terasa terutama bagi masyarakat yang akan datang,” katanya.

Sementara Ketua PFI Lucky Pransiska menjelaskan, foto jurnalistik adalah pesan yang tidak boleh sepi makna.  “Foto jurnalistik berani lantang bersuara atas kepentingan pembaca, bukan pula pelengkap halaman berita,” tandasnya.

Ia menegaskan, foto jurnalistik harus bebas dari intervensi dan kepentingan di ruang mana pun berada. Maka dengan hadirnya APFI, tugas pendokumentasian perjalanan bangsa yang bersifat monumental harus terus dilakukan secara jujur.

Tag Terkait