Dosen ITB kembangkan jalan berpori untuk solusi banjir di Bandung

Oleh Muhammad Hasits pada 11 Maret 2017, 13:35 WIB

Bandung.merdeka.com - Kota Bandung sebagai salah satu kota metropolitan semakin marak pembangunan dan betonisasi. Banjir menjadi salah satu permasalahan yang kerap dialami Kota Bandung karena area resapan air berkurang.

Seorang dosen dan peneliti dari Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi (PPNN) Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Sunendar Purwasasmita tergerak meneliti solusi mengatasi banjir terutama di perkotaan. Di mana akses jalan yang merupakan kebutuhan harus dikembangkan teknologinya agar tetap bersahabat dengan alam.

Di mulai tujuh tahun lalu, Profesor Bambang tertarik mengembangkan teknologi jalan berpori yang telah banyak dikembangkan di negara-negara maju untuk mencegah banjir. Namun teknologinya masih bersifat rahasia. Padahal jalan berpori dirasa sangat cocok ditetapkan di perkotaan.

"Akhirnya saya coba kembangkan mulai enam tahun lalu di ITB. Kita coba pakai biopolimer ternyata mampu. Ini menjadi pengganti semen, pengganti aspal untuk di jalan. Kita buat konstruksi bata berpori," ujar Bambang saat berbincang dengan Merdeka Bandung beberapa waktu lalu.

Bambang mengatakan, bata berpori yang dikembangkannya berbahan dasar geopolimer menjadi perekat untuk bahan beton yang tetap ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan limbah industri sehingga green process benar-benar diterapkan sekaligus mendukung daur ulang limbah.

"Ini dibuat dengan konsep nano teknologi atau teknologi pemanfaatan sifat-sifat molekul atau struktur atom sehingga bersifat lebih baik," katanya.

Bata berpori dapat digunakan untuk konstruksi trotoar, jalan, halaman parkir ataupun carport. Berbahan nol semen membuat bata menyerap air dengan sangat cepat.

"Bata ini kalau hujan atau ada air dia kekuatan daya serap airnya mencapai 1.000 liter per meter persegi permenit," ucapnya.

Dengan daya serap tinggi, Bambang mengatakan teknologi ini bisa jadi solusi mengatasi banjir. Di mana air tetap terserap meski bukan langsung dengan media tanah.

"Jadi air hujan benar-benar kembali ke tanah lagi karena berbeda dengan beton yang tidak bisa menyerap. Ini langsung diserap ke dalam tanah," tuturnya.

Sementara dari segi kualitas tergolong kuat. Perekatnya dibuat menggunakan keramik bukan aspal ataupun semen. Sehingga meski menyerap air tidak mudah rusak atau hancur.

Dari segi biaya, bata berpori ini juga tergolong relatif lebih murah dibanding bata biasa. Jalan dengan panjang 20x4 meter cukup menghabiskan Rp 125 juta.

Bambang mengungkapkan, teknologi serupa telah banyak diterapkan di negara-negara maju. Seperti Jepang, Jerman, dan China. Ia juga sudah berusaha menginformasikan pada Kementerian Pekerjaan Umum berkaitan teknologi yang telah berhasil dikembangkannya.

Ia berharap Kota Bandung bisa menerapkan teknologi yang dikembangkannya. Mengingat banjir cileuncang kerap menjadi rutinitas saat hujan deras turun terutama di kawasan yang padat aktivitas. "Saya ingin Bandung sebagai permulaan ya. Kalau bisa dimanfaatkan di Jawa Barat. Awal April kita akan bikin mark up jalan dan tempat parkir di ITB dulu untuk proyek awal," ujarnya.

Banjir Pasteur

Banjir di Jalan Dr. Djunjunan di Kota Bandung, Kamis (9/3) malam terjadi karena hujan deras. Namun beberapa saat kemudian kembali surut.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan bahwa Pemerintah Kota Bandung tengah mengupayakan solusi untuk mengantisipasi banjir. Salah satunya ialah perbaikan konstruksi Jalan Dr Djunjunan atau yang biasa disebut Jalan Pasteur.

"Jadi jawaban saya Pasteur itu nanti akan ditinggikan dan akan dibikin flyover dari perempatan Gerbang Tol Pasteur terus sampai Jalan Layang Pasupati," kata Ridwan di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Jumat (10/3).

Pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan proyek ini akan dikerjakan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sebab, jalan tersebut merupakan jalan nasional yang perawatannya dilakukan pemerintah pusat.

Emil menyebut proyek tersebut akan dilakukan pada tahun ini. Diharapkan dengan demikian permasalahan banjir dapat tertangani. "Jadi artinya solusi (banjir) itu ada tapi tagih pada saat sedang dikerjakan, kira kira begitu. Tahun ini dibangun. Janji saya 2017 banjir berkurang," katanya.

Pembiayaan dikatakannya dianggarkan melalui APBN. Progresnya saat ini pemerintah pusat tengah melakukan lelang proyek agar bisa segera dilaksanakan.

Â

Tag Terkait