Makanan tinggi lemak bisa sebabkan kanker usus besar

Oleh Farah Fuadona pada 04 September 2016, 11:39 WIB

Bandung.merdeka.com - Makanan menjadi salah satu faktor yang diduga menyebabkan terjadinya kanker usus besar, yaitu tumor ganas di usus besar (rectum, sigmoid, colon). Maka salah satu pencegahan agar terhindar dari kanker usus besar adalah dengan mengatur pola makan.
 
Internist ahli gastroenterohepatology-endoscopy, dr. Begawan Bestari mengatakan sejauh ini penyebab pasti kanker usus besar masih adalam penelitian. Namun faktor makanan diduga menjadi salah satu penyebab. Faktor penyebab lainnya adalah lingkungan (environmental) dan genetik.
 
“Beberapa faktor risiko yang berperan adalah inflammatory bowel disease (IBD), adenoma usus besar, riwayat keluarga dengan kanker usus besar, dan makanan tinggi lemak/rendah serat,” kata Begawan Bestari kepada Merdeka Bandung baru-baru ini.
 
Ia menjelaskan, gejala kanker usus besar bisa dilihat berdasarkan stadium. Pada pasien stadium awal umumnya tidak bergejala, hanya diketahui saat dilakukan screening yang dilakukan pemeriksaan pada darah dan tinja.
 
Sedangkan pada stadium lanjut, gejala dapat dilihat pada perubahan pola buang air besar (BAB), bisa konstipasi atau diare berlendir hingga berdarah kronik (lebih dari 1 bulan). Hal itu tergantung lokasi kankernya.
 
“Perubahan bentuk tinja, mengecil, seperti kotoran kambing atau cair, nyeri perut, penurunan berat badan, fatigue seperti lesu, bisa disebabkan anemia karena perdarahan kronik dari kanker usus besar,” ujar Begawan membeberkan sejumlah gejala kanker usus besar.
 
Ia menuturkan, kebanyakan pasien yang berobat datang saat sudah stadium lanjut. “Sehingga penting sekali untuk melakukan screening untuk deteksi dini adanya kanker usus besar,” ujarnya.
 
Orang yang perlu melakukan pemeriksaan dini antara lain memiliki riwayat polip atau kanker usus besar, mempunyai Inflammatory Bowel Disease (IBD) seperti ulcerative colitis atau Crohn’s disease, riwayat keluarga dengan polip atau kanker usus besar.
 
“Screening bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah samar pada tinja atau kolonoskopi oleh spesialis penyakit dalam atau konsultan gastroenterology,” katanya.

Tag Terkait