Rahasia anti-bakteri di sayap lalat
Bandung.merdeka.com - Sebagian besar Muslim mempercayai lalat yang dicelupkan sampai tenggelam ke dalam minuman tidak berbahaya. Justru jika hanya dijatuhkan tanpa menenggelamkannya akan berbahaya.
Kenapa demikian? Sebab ada sebuah hadist dimana Rasulullah Muhammad SAW menjelaskan, jika ada lalat jatuh di minuman, maka hendaknya lalat itu dicelupkan sampai tenggelam kemudian membuangnya karena sayap yang satu mengandung racun dan sayap satunya lagi mengandung penawar racun.
Dari Abu Hurairah radiallahu âanhu, bahwa Rasulullah shalallahu âalaihi wa salam bersabda:
"Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya."
Dari Anas bin Malik radiallahu âanhu, Rasulullah shalallahu âalaihi wa salam bersabda:
Dari Anas bahwasanya Nabi bersabda: "Apabila lalat jatuh pada bejana salah satu diantara kalian, maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan sayap lainnya terdapat obat." (HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Rupanya ilmu pengetahuan menyikapinya beragam. Misalnya penelitian Departemen Ilmu Biologi, Macquarie University, Australia. Dikutip dari www.abc.com, para ilmuan Australia tengah mencari antibiotik baru yang diharapkan bermanfaat bagi kehidupan. Uniknya, antibiotik baru itu ada pada permukaan tubuh dan sayap lalat.
Dasar penelitian ini adalah teori tentang sistem pertahanan pada tubuh lalat terhadap mikroba. Sistem pertahanan itu dianggap luar biasa karena lalat mampu bertahan hidup di kotoran, sampah, daging dan buah di tengah ancaman bakteri, virus, kuman dan mikroba berbahaya lain.
"Penelitian kami adalah bagian kecil dari upaya penelitian global untuk menemukan antibiotik baru. Tapi kami sedang mencari dimana kami yakin belum semua orang tahu itu (antibiotik pada lalat)," kata Ms Joanne Clarke, yang mempresentasikan hasil penelitiannya kepada Masyarakat Australia dalam Mikrobiologi Conference di Melbourne, beberapa waktu lalu.
Para ilmuwan menguji empat spesies lalat yang berbeda: lalat rumah, lalat domba, lalat buah, lalat buah Queensland yang bertelur di buah segar.
Hasil penelitian itu disimpulkan, larva dari lalat buah ini tidak membutuhkan banyak senyawa antibakteri karena mereka tidak hidup dengan banyak bakteri. Berbeda dengan larva lalat jenis lainnya yang banyak hidup di kotoran dan sampah.
Namun demikian, semua jenis lalat pada dasarnya memiliki antibakteri yang berada di kulit dan sayap mereka. Antibakteri itu diekstraksi sederhana oleh lalat untuk menjaga tubuh mereka. "Kami sekarang berusaha untuk mengidentifikasi senyawa antibakteri tertentu (pada tubuh lalat)," kata Ms Clarke. Dari penelitian itu diharapkan akan muncul antibakteri baru yang bermanfaat buat manusia.
Penelitian mirip dilakukan Tim Departemen Mikrobiologi Medis, Fakultas Sains, Universitas Qashim, Kerajaan Arab Saudi. Beberapa peneliti muda yang dibimbing oleh Dr. Jamal Hamid, dan dikoordinasi oleh DR. Shalih ash- Shalih (seorang da'i terkenal di Eropa), melakukan penelitian tentang analisa mikrobiologi tentang sayap lalat.
Laporan hasil penelitian ini mereka presentasikan di acara 'Student Research Seminar' di Universitas Qashim, KSA.
Metode yang para peneliti gunakan cukup sederhana, yaitu mengkultivasi (menumbuhkan) mikroba, termasuk bakteri E. Coli pada air steril di dua wadah. Setelah itu pada wadah pertama dicelupkan seluruh tubuh lalat kemudian dibuang, dan pada wadah kedua lalat hanya dijatuhkan saja tanpa ditenggelamkan lalu dibuang.
Hasilnya mengejutkan, masuknya lalat pada makanan atau minuman, dengan dan tanpa dicelup ternyata memberikan hasil berbeda secara signifikan.
Pada wadah pertama, awalnya nampak tumbuh koloni kecil tipe E. Coli, namun pertumbuhannya terhambat oleh mikororganisme yang setelah diidentifikasi merupakan bakteri Actinomyces yang dapat memproduksi antibiotik. Bakteri ini biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak, yaitu actinomycetin dan actinomycin.
Adapun wadah kedua, setelah diidentifikasi ternyata pada air steril itu justru ditumbuhi oleh koloni bakteri patogen tipe E. Coli, yang merupakan penyebab berbagai macam penyakit.Â
Namun demikian, belum semua kalangan mendukung penelitian itu. Misalnya hasil survei yang dilakukan oleh Orkin terhdap 1.015 orang. Mereka menyimpulkan, cuma tiga persen orang akan kembali menenggak minumannya saat ada lalat masuk ke dalam minuman mereka.
"Banyak pelanggan restoran mungkin tidak menyadari bahwa lalat rumah dua kali lebih kotor, seperti kecoa," kata Ron Harrison, Direktur Entomologi dan Layanan Teknis di Orkin, saat mengumumkan hasil survei tersebut, seperti dikutip dari www.huffingtonpost.com.
"Sangat penting bagi setiap orang untuk memahami besarnya ancaman kesehatan dari seekor lalat, sehingga mereka dapat membantu mencegah penularan penyakit berbahaya dan bakteri," terang Harrison melanjutkan.
Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memiliki banyak laporan tentang lalat rumah (Musca domestica), tentang bagaimana mereka dapat menyebarkan penyakit dan infeksi. Lalat umum, khususnya, makan makanan dan limbah, dimana dia dapat menjadi agen penyakit dan kemudian menyebar ke tempat lain.
WHO melanjutkan, lalat dapat menyebarkan penyakit karena mereka makan secara bebas pada makanan manusia dan materi kotor. Beberapa penyakit yang diakibatkan lalat diantaranya; infeksi mata, infeksi kulit dan infeksi enterik (seperti diare). Sementara Orkin menunjukkan bahwa lalat rumah juga dapat 'menularkan telur parasit cacing'.
Â
(Diolah dari berbagai sumber)