Penglihatan menurun saat senja, awas buta senja
Bandung.merdeka.com - Jika mendadak mengalami penurunan penglihatan pada seja hari, mungkin saja gejala buta senja. Maka untuk memastikan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ke dokter mata.
Dokter Spesialis Mata Elly Amalia, mengatakan buta senja dalam istilah kedokterannya disebut retinitis pigmentosa (RP), yaitu kelainan pada retina mata. Retina memiliki 10 lapisan, salah satunya potoreseptor (saraf khusus di retina mata).
Fotoreseptor terdiri dari fotoreseptor batang dan kerucut. Nah buta senja terjadi karena adanya gangguan pada fotoreseptor batang.
"Potoreseptor batang untuk penglihatan malam, untuk penglihatan pada pencahayaan yang kurang. Jadi retinitis pigmentosa terutama mengganggu fotoreseptor batang, gejala penglihatan malam atau buta senja," terang Elly, kepada Merdeka Bandung.
Retinitis pigmentosa disebabkan kelainan genetik. Ia menduga di Indonesia banyak pasien mengalami buta senja, namun tidak terdata. Sebagai perbandingan, di AS 1 dari 3.100 penduduk terkena buta senja. Setengahnya disebabkan faktor keluarga dan di luar faktor keluarga.
"Jadi RP sifatnya sporadis, tidak hanya keturunan saja," ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjdjaran ini.
Ia mengakui sudah biasa menerima pasien buta senja. Ia yakin dokter-dokter mata lain juga pernah memeriksa pasien buta senja. Gejala buta senja sendiri sangat khas. Biasanya, pasien mengeluh penglihatannya di waktu maghrib atau senja.
Pada senja hari pasien biasa nabrak objek yang ada di depannya. Menurut dia, gangguan penglihatan pada senja hari adalah gejala awal buta senja.
"Lama-lama kalau sudah lebih parah pada setiap kurangnya pencahayaan dia terganggu. Stadium awal terjadi sore hari saja," katanya.
Tanpa penanganan dini, lanjut dia, gejala awal tersebut bisa meningkat menjadi berat yang ujungnya kebutaan.