Musa Izzanardi, peserta SBMPTN paling belia tahun ini

user
Mohammad Taufik 31 Mei 2016, 15:44 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Musa Izzanardi baru berumur 13 tahun. Meski masih belia, ia duduk tenang mengisi soal-soal SBMPTN 2016 dengan peserta lainnya yang usianya jauh di atasnya.

Di sela menulis soal, sesekali Musa menumpangkan kakinya dengan punggung menyandar santai. Ia tampak menguasai materi SBMPTN. Pukul 11.45 WIB, bel berbunyi. Musa dan peserta lainnya keluar ruangan kelas.

"70 sampai 80 persenan saya yakin benar," ujar Musa, saat ditanya seberapa optimis dengan jawaban-jawaban yang dia isi, usai mengisi soal-soal Kelompok Ujian Sains dan Teknologi (Saintek) di Subpanlok Bandung Sektor 10 SMP YAS Bandung, Selasa (31/5).

Rambut ikal pria berkacamata itu sedikit kusut. Namun wajahnya masih imut, terlihat seperti siswa SMP. "Soal-soalnya agak keluar dari prediksi," ujarnya, sesekali tersenyum.

Musa bisa dibilang peserta SBMPTN 2016 yang paling belia. Meski demikian, ia memilih kelompok ujian Saintek yang banyak soal ilmu hitungnya. Kampus yang ditujunya adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) dan jurusan matematika atau fisika Universitas Indonesia (UI).

"Saya suka sekali matematika," kata Musa yang pada kesempatan tersebut diantar kedua orang tuanya, Mursid Wijanarko (45) dan Yanti Herawati (45). Musa adalah putra kedua pasangan suami istri tersebut.

Musa mengaku tertantang mengikuti SBMPTN, terlebih bisa bersaing dengan peserta yang usianya lebih tua darinya. "Ramai jadi yang termuda. Yang lain kan seumuran dengan kakak-kakak kelas saya," ujarnya.

Bagaimana rasanya satu kelas dengan kakak-kakak kelasnya? Musa mengaku tidak canggung. "Biasa saja," ucapnya.

Selain sebagai peserta termuda, perjalanan sekolah Musa terbilang unik. Tiga jenjang pendidikan dasarnya dilalui lewat homeschooling dengan guru ibu Musa sendiri, Yanti Herawati.

Musa kemudian mendapat ijazah SD, SMP, SMA melalui ujian persamaan Paket A, B, dan C. Baru pertengahan April tahun kemarin Musa lulus Paket C. Setelah itu praktis tidak ada persiapan khusus menghadapi SBMPTN mengingat bulan Mei pendaftaran sudah dibuka.

"Persiapan SBMPTN dua hari setelah ujian persamaan. Belajarnya beli buku-buku paket. Tapi soalnya rada beda dengan prediksi. Tapi lumayan bisa," ujar pria murah senyum ini.

Musa mengaku optimis bisa lulus SBMPTN. Seandainya tidak lulus, toh usianya masih sangat muda dan ada kesempatan mengikuti SBMPTN tahun depan masih terbuka lebar.

Kredit

Bagikan