Menjelajah benda-benda langit di Observatorium Bosscha

user
Farah Fuadona 01 Maret 2016, 14:24 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Observatorium Bosscha selalu menarik perhatian publik. Terutama jika terjadi peristiwa alam yang berkaitan dengan astronomi atau geofisika, gerhana matahari total misalnya. Wajar saja mengingat Bosscha merupakan satu-satunya observatorium atau tempat peneropongan benda langit yang ada di Indonesia.
 
Setiap ada fenomena langka, Bosscha biasanya menggelar open house bagi masyarakat umum. Begitu juga saat gerhana matahari total 9 Maret nanti. Sehari-harinya, Bosscha juga membuka jadwal kunjungan baik siang maupun malam dengan syarat tertentu.
 
Kendati demikian, harus dipahami bahwa Bosscha bukanlah tempat wisata seperti Kebun Binatang atau Tangkubanparahu. Fungsi utama Bosscha tetap sebagai lembaga pendidikan dan penelitian sebagaimana diemban kampus yang menaungi Bosscha, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB).
 
Direktur Observatorium Bosscha Mahasena Putra mengatakan, Bosscha merupakan lembaga penelitian ITB yang harus menjalankan tridharma pendidikan, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Jadwal kunjungan atau open house yang selalu digelar Bosscha merupakan bagian dari matra pengabdian masyarakat.
 
Tujuan dibukanya jadwal kunjungan sebagai bagian dari program pendidikan masyarakat khususnya bidang astronomi. Singkatnya, Bosscha berusaha mempopulerkan ilmu perbintangan itu.
 
“Bosscha juga sebagai satu-satunya tempat observasi di Indonesia yang menarik minat banyak orang. Maka Bosscha pun tidak bisa menutup diri,” katanya, saat berbincang dengan Merdeka Bandung.
 
Ia tidak menepis, jika yang berkembang di masyarakat bahwa Bosscha sebagai tempat wisata. Padahal yang namanya tempat wisata, kunjungan bisa bebas dilakukan. Berbeda dengan Bosscha yang membatasi jumlah pengunjung. Pengunjung yang akan ke Bosscha harus melakukan reservasi dahulu mengingat kapasitas yang ada sangat terbatas.
 
Observatorium Bosscha berdiri di atas lahan delapan hektar milik Bukit Peneropongan Bintang, Jalan Peneropongan Bintang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Mulai berdiri 1923, observatorium peninggalan zaman Belanda ini dibangun oleh pengusaha kelahiran Den Haag, Belanda, Karel Albert Rudolf Bosscha(1865-1928).

Bosscha saat open house
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana



 
Bosscha memiliki lima teleskop besar yang berfungsi menjelajah benda-benda langit, yaitu Teleskop Refraktor Ganda Zeiss. Terdiri dari teleskop utama diameter 60 centimeter dengan panjang fokus hampir 11 meter, dan teleskop pencari berdiameter 40 centimeter.
 
Teleskop lainnya adalah Schmidt Bima Sakti, mempunyai diameter 51 centimeter, diameter cermin 71 centimeter, dan panjang fokus 127 centimeter. Lalu Teleskop Refraktor Bamberg dengan diameter lensa 37 centimeter dan panjang fokus 7 meter.
 
Ada juga Teleskop GOTO dengan diameter cermin utama 45 centimeter. Lalu Teleskop Refraktor Unitron adalah teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 milimeter dan panjang fokus 1500 milimeter. Teleskop Surya atau teleskop matahari yang terdiri dari tiga buah telekop Coronado.
 
Kemudian Teleskop radio 2,3 meter adalah instrumen radio jenis Small Radio Telescope. Semua teleskop tersebut berada dalam bangunan-bangunan heritage yang berdiri di atas lahan hijau yang asri.

Kredit

Bagikan