Zine, hobi yang membuat semangat berkarya
Bandung.merdeka.com - Zine menjadi bentuk hobi yang membuat ketagihan. Meski pembuatannya membutuhkan kesabaran, namun penggemar zine tidak bisa menghentikan dorongan untuk membuat media alternatif ini.
Dally Anbar (25) menjadi salah seorang penggemar zine yang hingga kini masih aktif dengan hobinya itu. Saat ini Dally kerja menjadi kasir di rumah makan orang tuanya di kawasan Cinunuk, Bandung.
Di sela waktu luangnya bekerja, ia menyempatkan diri membuat zine. Sebagaimana zinemaker lainnya, ia memiliki nama pena, yakni Cucukrowo. Sedangkan zine terbitannya Cucukrowo Mekgejin.
“Biasanya kalau nulis konten zine pas bangun tidur sebelum kerja,” kata pria yang mulai nulis zine sejak enam tahun lalu, saat berbincang di Bandung.
Secara pribadi, kata Dally, zine memuatnya semangat untuk berkreasi dan berkarya di sela kesibukannya bekerja atau menjalani rutinitas kehidupan. Lewat zine yang diproduksinya, ia jadi banyak teman, serta mendapat kepuasan ketika zine-nya dibaca orang.
“Mungkin apresiasi orang-orang terhadap zine kita membuat kita semangat. Saya juga memuat zine di web, ada komen-komennya, lalu bertemu dengan sesama komunitas pegiat zine,” terangnya.
Pria pernah kuliah di Institut Teknologi Nasional, Bandung, kemudian dilanjutkan ke Universitas Padjdjaran pada 2010 ini menuturkan, zine produksinya mengulas beragam tema mulai musik, wawancara musisi, hingga olahraga.
Zine berisi tulisan yang diketik dan gambar. Dalam satu terbitan ia menyelesaikannya dua minggu sampai satu bulan. Awalnya zine-nya dibagikan secara gratis atau dibarter dengan zine lain.
Berikutnya zine berisi 15 halaman itu dijual Rp 25 ribu pereksemplar. Ia biasa memproduksi 25 eksemplar menggunakan kertas HVS yang dibagi dua. “Selalu terjual semuanya,” ujar dia.
Menurutnya, peran zine penting untuk menyimpan jejak atau pengalaman personal. Ia mendapatkan sensasi tertentu saat membaca kembali zine-zine lawasnya. “Ada kepusan tersendiri,” katanya.
Menanggapi Bandung Zine Fest 2016 yang digelar di Spasial Jalan Gudang Selatan No. 22 Bandung, Sabtu, 27 Agustus 2016, ia berharap festival tersebut bisa menghidupkan kembali budaya membuat media alternatif yang banyak beredar pada 1990-an itu, sebelum munculnya internet.
“Bandung Zine Festival seru, ajang silaturahim. Kita bisa tukar-tukaran zine, dan kita merasa tidak sendirian,” katanya.