Perpus Jalanan Bandung, pinjam buku cukup catat nama dan nomor HP

user
Muhammad Hasits 27 Agustus 2016, 13:37 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sistem kepengurusan dan keanggotaan Perpus Jalanan Bandung sangat cair dan longgar, berbeda dengan aturan di perpustakaan umumnya. Orang yang ingin meminjam buku tidak perlu membuat kartu anggota, cukup dengan mencatat nama,  nomor handphone, tanpa dipungut biaya.

“Kami ingin beri keleluasaan buat orang pinjam buku. Tidak ingin memperlusit. Kami buka ruang selebar-lebarnya agar orang mudah mengakses buku,” jelas pengurus Perpus Jalanan Bandung, Indra (28) saat berbincang dengan Merdeka Bandung, Jumat (26/8.)

Meski dengan kelonggaran tersebut, risikonya banyak buku yang tidak kembali. “Kami membuat mudah orang mengakses. Risikonya banyak buku yang tidak balik lagi,” ujar pria yang sehari-hari kerja di perusahaan swasta ini sembari tertawa.

Sistem keanggotaan yang cair juga membuat jumlah anggota sulit terdata. Dalam sekali ngelapak yang dilakukan di Taman Dago Cikapayang tiap akhir pekan, jumlah pengunjung antara 10 sampai 50 orang.

Pada momen tertentu, Perpus Jalanan Bandung menggelar acara yang menyelingi kegiatan perpus, yakni musik, workshop sablon, bagi-bagi buku gratis, pameran karya, hingga ngopi sambil diskusi. Semuanya dilakukan di Taman Dago-Cikapayang, tempat nongkrong anak-anak muda Bandung.

“Hari Valentine kami membuat zine untuk ditukar dengan buku. Itu cara kita berbagi kasih sayang,” tuturnya.

Lalu saat peringatan ulang tahun Perpus Jalanan Bandung yang ke-6 pertengahan 2016 lalu, komunitas ini juga bagi-bagi hadiah. Indra menuturkan, ada salah satu pengurus yang sangat aktif mendukung kegiatan Perpus Jalanan Bandung.

Si pengurus tersebut membuat pembatas buku dari kolase, zine, dan marchendise untuk dibagikan gratis. Namun hadiah-hadiah tersebut penyimpanannya disatukan dengan lapak buku. Sehingga orang mengira buku-buku tersebut juga dibagikan gratis.

“Jadi ulang tahun yang keenam kemarin setengahnya koleksi buku kita hilang karena dilapakin gratis,” kata Indra seraya terbahak.

Sekali lagi, kejadian kehilangan buku menjadi risiko perpustakaan. Dalam sekali ngelapak buku, komunitas ini membawa sekitar 200 buku.

Di sisi lain, kegiatan sukarela pegiat Perpus Jalanan Bandung banyak menuai simpatik publik. Banyak pecinta literasi atau pegiat buku yang mendonasikan buku ke Perpus Jalanan Bandung.

“Ada donasi buku dari jaringan, dari personal. Lumayan nambah lagi koleksinya,” katanya.

Perpustakaan Jalanan Bandung akan terus bergerak mendekatkan ilmu pengetahuan melalui buku yang mereka lapak kepada siapa pun yang lewat setiap Sabtu di Taman Dago-Cikapayang.

“Di era keterbukaan dan kebebasan berekspresi, siapa pun berhak mendapat ilmu pengetahuan. Mau mahasiswa, pengamen, pedagang asongan mereka berhak mengakses ilmu pengetahuan,” tandasnya.

Kredit

Bagikan