Kisah Putri Bahari selamatkan penyu dari bahaya makan plastik

user
Farah Fuadona 22 April 2016, 11:31 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Adithiyasanti Sofia, Putri Bahari 2012, memiliki kisah miris tentang seekor penyu yang nyaris makan plastik di laut Bali. Si penyu menyangka sampah plastik sebagai ubur-ubur, makanan hewan-hewan laut. “Populasi penyu Indonesia terancam karena banyak yang makan plastik. Mereka mengira plastik itu ubur-ubur,” tutur Adithiyasanti Sofia, kepada Merdeka Bandung di sela jumpa pers pameran Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik di Museum KAA, Bandung, Kamis (21/4).
 
Perempuan berusia 27 tahun yang pernah mengenyam pendidikan SD dan SMP-nya di Bandung ini menuturkan kejadian yang pernah dialaminya saat upaya konservasi penyu di Bali 2013 silam.
 
“Waktu itu saya berusaha menyelamatkan penyu yang siap-siap mau makan sampah plastik. Saya berlomba dengan penyu itu mengambil plastik. Saat plastik itu saya dapatkan si penyu menoleh ke saya, mungkin dia bertanya kenapa saya mengambil makanannya,” cerita perempuan yang akrab disapa Dithi.
 
Perempuan yang hobi olahraga laut diving dan snorkeling ini menambahkan, kejadian itu berlangsung saat ia melakukan diving di Denpasar, Bali.

Putri Bahari 2012 Adithiyasanti Sofia
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana



Lokasi penemuan penyu sendiri cukup jauh dari objek wisata. “Tapi sampah sudah lewat ke daerah situ. Berarti jumlahnya dan arusnya membawa sampahnya cepat tersebar dan merusak lingkungan sekitar Bali,” katanya.
 
Menurutnya, jika hewan laut dibiarkan makan plastik lama-lama mereka akan mati. Ia juga sudah menemukan anjing laut, paus, hiu, lumba-lumba, kura-kura yang mati karena kebanyakan makan sampah plastik. “Sampah plastik dikira mereka ubur-ubur,” jelasnya.
 
Ia pun menyambut baik uji coba kebijakan kantong plastik berbayar. Kebijakan ini pastinya menuai pro dan kontra. Sebabnya akan mengubah masyarakat yang sudah biasa hidup dengan kantong plastik. Tentunya hal ini tidak mudah mengubah kebiasaan atau budaya plastik, perlu proses yang bertahap dan serius.
 
Rencananya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan menerapkan kebijakan tersebut Juni nanti. Dithi berharap kebijakan tersebut jadi diberlakukan.
 
“Jangan terlalu lama coba-cobanya, harus segera ditetapkan. Karena kalau ada proses perubahan prilaku kemudian ditarik nantinya malah akan antipati. Kebijakan itu harus terus dikawal masyarakat dan komunitas,” katanya.

Kredit

Bagikan