Menelusuri Bandung tempo dulu lewat roman percintaan

Suasana diskusi novel Rasia Bandoeng di cafe djadoel
Bandung.merdeka.com - Roman “Rasia Bandoeng: Atawa Satoe Tjerita jang Benar Terdjadi di Kota Bandoeng dan Berachir Pada Tahon 1917” mendorong Komunitas Aleut melakukan penelusuran. Hasilnya komunitas pecinta sejarah Bandung ini menemukan tempat-tempat yang disebutkan di roman yang terbit di awal abad ke-20 itu.
Pegiat Komunitas Aleut, Ariono Wahyu yang akrab disapa Alex menuturkan, pada malam tahun baru Imlek lalu pihaknya melakukan penelusuran yang disebut ngaleut yang berarti rombongan.
Ngaleut merupakan program rutin Komunitas Aleut menelusuri tempat tempat-tempat sejarah yang disebutkan dalam buku sejarah.
Hasil penelusuran terkait roman Rasia Bandoeng, komunitas ini menyimpulkan bahwa roman tersebut tepat sebagai referensi sejarah Bandung di awal abad ke-20.
Tempat kejadian dalam roman berkisar di wilayah Pasar Baru, Cibadak, Pecinan, Suniaraja, Banceuy, Kosambi, hingga ke arah selatan seperti Tegallega.
Penelusuran Komunitas Aleut di Alun-alun Bandung, Jalan Banceuy, Jalan Suniaraja, Pasar Baru, bekas bioskop Luxor, Kebon Jati, Gardujati, dan berakhir di Jalan Kelenteng. Kawasan ini kini dikenal daerah “Pecinan” Bandung.
Sejumlah tempat tersebut cukup detail digambarkan dalam roman Rasia Bandoeng. “Sebenarnya masih banyak rute yang masih bisa digali,” kata Alex, dalam diskusi bedah roman Rasia Bandoeng di Kafe Djadoel, Jalan Jenderal Sudirman, Bandung, Sabtu (20/2).
Roman Rasia Bandoeng mengisahkan percintaan sepasang kekasih Tionghoa yang satu marga, yakni Tan Gong Nio alias Hilda dengan Tan Tjin Hiauw. Di masa itu, kultur Tionghoa sangat menentang pacaran apalagi pernikahan satu marga.
Alex menuturkan, sosok Tan Tjin Hiauw yang menempati rumah di Jalan Sudirman yang kini menjadi Café Djadoel. Arsitektur café ini masih tampak asli.
Menurutnya, dalam roman disebutkan Tan Tjin Hiauw di kawasan yang kini bernama Jalan Jenderal Sudirman itu suka menanam jeruk. “Maka tidak heran kalau daerah ini kemudian disebut Kebon Jeruk,” katanya.
Tan Tjin Hiauw sendiri dimakamkan di sentiong Jalan Elang, Cijerah, Bandung. Di masa lalu, Tan Tjin Hiauw merupakan tokoh cukup berpengaruh di kawasan Sudirman tersebut.
Selain itu, roman tersebut menunjukkan bagaimana kehidupan warga Tionghoa di Bandung 100 tahun lalu. Misalnya dalam pembukaan novelnya, penulis novel menceritakan kondisi Pasar Baru delapan hari setelah Imlex 2467 atau 1916 Masehi. “Shionya tahun naga,” katanya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak