Peduli kasus HAM, siswa SMA ini respek pada aksi Kamisan Bandung
Bandung.merdeka.com - Alfarizi Nurmuhamad (17), siswa SMA Alfa Century Bandung, cukup serius menyimak aksi Kamisan yang biasa digelar seniman pantomim Wanggi Hoediyatno alias Wanggi Hoed cs di depan Gedung Sate. Ia menonton dari awal sampai akhir aksi tiap kamis sore itu. “Saya respek dengan aksi ini,” kata Alfarizi, yang baru pulang sekolah kemudian sengaja mampir ke Gedung Sate.
Ia mengaku tahu dengan Munir, wartawan Udin, Wiji Thukul yang semuanya adalah korban kejatahan HAM. “Saya sering membaca buku. Saya juga membaca Tan Malaka,” katanya.
Alfarizi tidak asing dengan aksi Kamisan yang digelar di depan gerbang utama Gedung Sate tiap Kamis sore. Namun baru kali ini ia menyaksikan Kamisan dari awal sampai akhir, bertepatan dengan 9 tahun Kamisan.
“Sudah enam bulan lalu saya baca-baca Kamisan Bandung di internet. Sekarang saya mampir, saya suka aksi-aksinya,” kata dia merujuk pada aksi pantomim yang dilakukan Wanggi Hoed.
Menurutnya, negara memang harus menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM. Untuk mengingakan negara, perlu dilakukan aksi seperti Kamisan. “Aksi ini perlu. Memperjuangkan HAM bisa dilakukan dengan karya dan bidangnya masing-masing,” kata pria yang suka menulis ini.
Ditanya pendapatnya mengenai perjuangan menuntut HAM, pria yang berencana mengambil kuliah Ilmu Komunikasi ini menjelaskan, pada darasnya perjuangan HAM adalah kewajiban tiap manusia. “Setiap orang perlu memperjuangkan HAM,” tandas siswa yang bercita-cita menjadi jurnalis.
Ia berharap, aksi Kamisan ini mengingatkan setiap orang tentang pentingnya penegakan HAM. Namun disinggung tentang sejauh mana teman-temannya mengetahui Kamisan, ia ragu bahwa tidak semua teman-temannya tahu makna Kamisan.
“Mungkin karena kekurangan informasi. Banyak teman-teman saya yang saya kasih tahu, saat diajak mereka kurang tertarik,” katanya.