Mengenal Komunitas Noong, komunitas literasi media warga desa
Bandung.merdeka.com - Media massa yang ada saat ini belum bisa mewakili kepentingan semua warga, termasuk warga desa. Berita yang dimuat cenderung didominasi perspektif pejabat. Untuk itulah sejumlah anak muda desa yang galau di era informasi ini mendirikan komunitas Noong.
Pendiri Noong, Lina Nursanty, menuturkan komunitas Noong dilahirkan di Desa Katapang, Kabupaten Bandung pada akhir 2015. Komunitas ini lahir di tengah gempuran media daring yang sangat massif. Sementara, kehadiran surat kabar sudah kian langka di pedesaan. Surat kabar bukan konsumsi publik di wilayah pedesaan.
Menurut dia, Noong lahir karena ingin menjadi alternatif atau bahkan mungkin satu-satunya media bagi warga desa yang melihat, mendengar mereka atau bahkan mengusik, menyadarkan, lalu berbuat sesuatu bersama mereka.
"Untuk mengawal niat baik ini, kami bekali diri kami dengan perpustakaan berisi koleksi buku-buku bermutu. Di tengah suara pesimis atas ide ini, kami masih percaya bahwa perpustakaan dapat menjadi tempat warga desa mengasah nalar," ujar Lina Nursanty, melalui siaran pers yang diterima Merdeka Bandung, Senin (10/10).
Tiga kegiatan pokok Noong yaitu mengelola surat kabar desa, pelatihan menulis atau jurnalistik bagi warga desa dan perpustakaan desa. September lalu, ide ini meluas hingga ke Desa Cimenyan, Kabupaten Bandung.
"Belasan pemuda-pemudi desa yang bergabung dengan Noong membawa mimpi dan harapan, yaitu menjadi jurnalis warga yang berkontribusi memperbaiki keadaan di sekitar kampungnya," katanya.
Lina mengatakan, Noong di Desa Cimenyan bekerja sama erat dengan Rumah Imajinatif dan didukung penuh oleh pondok pesantren desa, Al-Furqan.
Dalam merintis langkah pertama ini, Noong terus mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia.
Program terbaru komunitas ini adalah 'Pembukaan Pelatihan Jurnalis Warga Desa Katapang dan Desa Cimenyan' di Balai Desa Katapang, Jalan Katapang Kulon, Kabupaten Bandung, Minggu (9/10).
Pelatihan ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Nilam Zubir, penulis muda dan pendiri majalah anak BEST, Teddy Muhtadin, Ketua Pusat Studi Budaya Sunda (PSBS) Universitas Padjadjaran, dan Alexia Branch, Wakil Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Wakil Atase Pers Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Alexia Branch mengatakan program pelatihan jurnalistik yang digelar komunitas Noong sebagai kesempatan sangat baik bagi para pemuda dan pemudi tak hanya di Desa Katapang dan Desa Cimenyan, melainkan di Kabupaten Bandung.
Program tersebut, kata dia, berusaha mengembangkan kemampuan jurnalistik dan untuk belajar bagaimana mereka dapat berkontribusi kepada komunitas setempat, bahkan kepada seluruh bangsa, melalui pemberitaan.
"Sebagai dua negara demokrasi dengan keberagaman, Amerika Serikat dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik. AS dan Indonesia sama-sama berkomitmen untuk medukung masyarakat madani yang kuat, pers yang dinamis, serta meningkatkan kesempatan bagi perempuan dan kaum minoritas," katanya.
Pelatihan jurnalistik, kata dia, termasuk akan meningkatkan kapasitas masyarakat Indonesia dalam menjawab tantangan-tantangan terberatnya. "Kami percaya bahwa negara demokrasi memerlukan pers yang dinamis, yang berperan penting dalam menyebarkan berita dan mencari solusi," ujarnya.
Salah satu alasan mengapa menurut Kedubes AS pelatihan ini sangat baik adalah karena para peserta akan mendapatkan keahlian yang berharga, yang dapat mereka gunakan segera setelah program ini selesai.
"Keahlian mereka pun akan terus berkembang setiap melihat atau mendengar sesuatu yang harus dilaporkan. Melalui kegiatan-kegiatan reportase, keahlian para peserta akan semakin meningkat, sekaligus menginspirasi kaum muda lainnya untuk ikut mencari solusi bagi komunitas mereka," katanya.
Istilah 'noong' sendiri diambil dari kata bahasa Sunda yang berarti melihat atau mengintip. Bisa juga digunakan ketika mengungkapkan sesuatu dengan cara meneropong.
"Sesuai dengan tagline kami, 'meneropong yang dekat-dekat', kami tidak sedang melihat yang jauh dari mata, melainkan yang dekat-dekat di sekitar kami," kata Lina.