Jamban berkualitas cuma ada di satu kelurahan di seluruh Kota Bandung

user
Mohammad Taufik 02 Oktober 2016, 05:02 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sebagian besar wilayah di Kota Bandung masih belum memiliki akses sanitasi yang baik. Data dinas kesehatan (dinkes) Kota Bandung menyebutkan bahwa dari 151 kelurahan di Kota Bandung, baru 1 kelurahan ODF (Open Defecation Free), yaitu Kelurahan Rancanumpang di Kecamatan Gedebage.

Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung Henny Rahayu Ning Tyas menjelaskan, ODF atau SBS (Stop Buang Air Sembarangan) adalah sebuah kelurahan yang seluruh penduduknya sudah mengakses/menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Sehingga tidak mencemari badan air.

"Dari 151 kelurahan itu baru satu kelurahan yang betul-betul ODF. Dulu, jamban sehat baru dilihat dari ada wujudnya di dalam rumah bukan di luar rumah yang langsung ke sungai. Dulu pandangannya begitu, tapi sekarang kita lebih ke kualitasnya. Jadi ada kloset di rumah tapi pembuangannya harus kita periksa, itu ke septic tank atau ke sungai," ujar Henny saat menyampaikan paparannya dalam Seminar Sanitasi Perkotaan di gelar Gedung Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Jalan Eyckman, Sabtu (1/10)

Menurut Henny, dari 14 RW di Kelurahan Racanumpang sudah tidak ada lagi perilaku warga yang membuang air sembarangan ke sungai

" Kalau kelurahan lain kita belum tahu. Karena kalau dilihat wujudnya, betul di rumahnya pakai closet tapi apakah pakai septic tank atau tidak. Idealnya kalau misalnya di satu wilayah tidak bisa membuat septic tank di rumah, itu bisa septic tank komunal. Kan nanti ada masuk ke riol (saluran pembuangan air kotor) kota, kemudian masuk ke saluran PDAM untuk diolah air limbahnya," katanya.

Menurut Henny, di Kota Bandung sendiri masih ada sebagian besar warga yang BAB di Sungai. Hal ini dilakukan oleh warga yang tinggal di bantaran sungai. Dia juga tidak menampik jika ada warga di tengah-tengah perkotaan berperilaku demikian.

"Enggak selalu semua di bantaran, selalu ada di tengah juga mereka buang. Kalau kita lihat di pinggir sungai rumah yang bantaran itu rata-rata mereka semua membuang limbah rumah tangganya ke sungai," katanya.

Begini solusi Dinkes Kota Bandung

Henny Rahayu Ning Tyas melanjutkan, untuk meningkatkan ODF di Kota Bandung, salah satu yang dilakukan Dinkes yakni pemicuan. Pemicuan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Dalam pemicuan, kata Henny, fasilitator akan memicu masyarakat sehingga memiliki keinginan untuk menggunakan jamban yang memenuhi syarat.

"Pemicuan itu sudah kita lakukan di seluruh kecamatan. Ada kader kewilayahan yang untuk bisa fasilitator pemicuan. Semua terkendala oleh aparat yang tidak interest atau masyarakatnya yang kurang ingin ataupun karena ketidaktahuan," ujar Henny saat menyampaikan paparannya dalam Seminar Sanitasi Perkotaan di gelar Gedung Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Jalan Eyckman, Sabtu (1/10)

Menurut Henny, STBM di Kota Bandung sendiri telah dimulai sejak 2010. Kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi STBM kepada lintas sektor atau lintas program terkait, TOT fasilitator STBM untuk 30 kecamatab di Kota Bandung, pelatihan kader di masing masing kecamatan dan monitoring serta evaluasi.

"Sampai dengan tahun 2016 ini Kota Bandung telah memiliki 95 fasilitator dan 650 kader STBM," katanya.

Henny menargetkan, ada 2-5 kelurahan ODF di Kota Bandung setiap tahunnya. Namun demikian pada akhirnya akan tergantung pada peran serta aparat kewilayahan kemudian keinginan masyarakat sendiri.

"Ini yang sudah konsultasi ke kita itu kelurahan Antapani Kidul. Kita pengen setiap tahun ada dua sampai lima (ODF). Cuma itu kan tergantung peran serta aparat kewilayahan kemudian masyarakat sendiri ingin atau tidak," ujarnya.

Kredit

Bagikan