Bahas skema pembiayaan LRT Bandung, Ridwan Kamil akan menemui Jokowi

user
Farah Fuadona 23 September 2016, 17:06 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Pemerintah Kota Bandung akan membangun moda transportasi massal LRT (Light Rail Transit) Bandung tahun depan. LRT koridor 1 akan dibangun dari Babakan Siliwangi-Leuwi panjang sepanjang 11 kilometer.

Singapore Mass Rapid Tansit (SMRT), operator LRT Singapura keluar menjadi pemenang lelang proyek. SMRT akan menjadi investor sekaligus operator LRT koridor 1 Kota Bandung.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan saat ini pihaknya masih membahas skema pembiayaan pembangunan LRT Koridor 1. Dalam waktu dekat Emil akan menggelar rapat dengan Presiden Joko Widodo membahas skema pembiayaan tersebut.

Emil mengaku telah bertemu dengan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Jakarta, Kamis (22/9) kemarin. Pertemuannya dengan Menseskab mempertanyakan Perpres LRT terkait pembiayaan LRT dari APBN. "SMRT kan sudah diumumkan sebagai pemenang. Sebagai investor nanya, apakah janji perpres LRT itu dibiayai APBN jadi apa enggak. Jadi kemungkinan Saya akan rapat dengan Pak Presiden minggu depan," ujar Emil kepada wartawan di Pendopo Kota Bandung, Jumat (23/9).

Emil mengungkapkan, Presiden Jokowi sebelumnya mengatakan akan membiayai LRT Bandung koridor 1 dengan biaya sepenuhnya 100 persen dari APBN. Namun belakangan skema pembiayaan tersebut tidak jadi dilakukan. Skema pembiayaan LRT 100 persen dari APBN dialihkan ke Kota Palembang yang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan ASEAN Games 2018 mendatang.

Menurut informasi terbaru yang didapat Emil, Pemerintah pusat akan membiayai pembangunan LRT sebesar 51 persen dari APBN. Sementara sisanya dibiayai dari investor.

Untuk membangun LRT Bandung pihaknya telah menyiapkan empat skenario pembiayaan. Opsi yang pertama yakni 100 persen dari APBN seperti di Palembang. Namun rencana ini tidak jadi dilakukan. Opsi kedua, proporsi pembiayaan dari APBN 51 persen dan investor 49 persen. Opsi ketiga yakni, pembiayaan oleh investor dan properti mensubsidi. Opsi keempat, yakni dari Investor, properti dan biaya dari Pemkot. "Mudah-mudahan opsi terakhir ini tidak kita lakukan karena pemkot membayar kan," kata Emil.

Menurut Emil, opsi yang paling memungkinkan yakni opsi kedua dan ketiga. Untuk opsi ketiga investor akan diberi ruang untuk membangun properti di terminal-terminal yang akan dijadikan Transit Oriented Development (TOD).

"Jadi di mana ada pemberhentian LRT ini di situ ada sebuah nilai ekonomi tambahan yaitu properti. Nah nilai tambahan properti ini bisa menutupi investasi dan membuat harga tiketnya bisa gak jadi mahal kan. Nah ini sedang dihitung, apakah propertinya 2,3 5, titik. Sekarang sedang menghitung opsi ketiga. Bisa gak TOD ini, bisa berhasil tanpa kita harus bayar lagi," kata dia.

Emil optimis proyek ini dapat segera direalisasikan. Jika prosesnya lancar, peletakan batu pertama pembangunan LRT dapat segera dimulai pada awal 2017 mendatang .




Kredit

Bagikan