Ini alasan Ahmad Soebardjo tidur tidak hadiri pembacaan Proklamasi

user
Mohammad Taufik 16 Agustus 2016, 14:42 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Mr Ahmad Soebardjo Djoyoadisuryo menjadi salah seorang tokoh penting dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Bung Karno sampai bersedia menunggu Mr Ahmad Soebardjo sebelum memulai pembacaan teks Proklamasi.

Dalam bukunya, 'Lahirnya Republik Indonesia' terbitan PT Kinta 1978, Mr Ahmad Soebardjo menuturkan pengalamannya seputar menjelang lahirnya republik.

Berikut penuturannya: Mendekati pukul 10.00 di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, 17 Agustus 1945, suasana sudah ramai dan ada ketegangan. Meski Jepang yang menjajah Indonesia sudah menyerah pada pasukan Sekutu, namun situasi menjadi status quo.

Sejumlah tokoh pergerakan nasional dari kalangan muda dan tua hadir. Ahmad Soebardjo belum tampak. Padahal malam sebelumnya ia bersama para tokoh pergerakan turut berlindung di rumah Laksamana Muda Meida untuk begadang menyiapkan pembacaan teks proklamasi.

Soekarno dan Hatta kemudian menyuruh dua utusan untuk menjemput Ahmad Soebardjo di kediamannya. Tetapi Soebardjo yang masih tidur akibat kelelahan begadang memilih melanjutkan istirahatnya.

Di halaman 114, Ahmad Soebardjo menuturkan kedatangan dua utusan Bung Karno dan Bung Hatta untuk menjemputnya menghadiri pembacaan teks proklamasi.

"Saya masih tidur sewaktu kurang lebih pukul 10.00 pagi pada tanggal 17 Agustus datang dua utusan dari Sukarno dan Hatta untuk membangunkan saya. Mereka mengatakan pada saya bahwa harus segera berpakaian untuk menyaksikan upacara pengibaran bendera nasional sang Merah Putih dan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan," begitu Ahmad Soebardjo menulis cerita.

Utusan itu mengabarkan situasi di Jalan Pegangsaan Timur 56, bahwa banyak orang yang hadir. Sukarno dan Hatta, lanjut utusan tersebut, menunggu kedatangan Mr Ahmad Soebardjo sebelum memulai upacara khidmat dan bersejarah itu.

"Saya begitu merasa lelah dari kejadian yang menegangkan syaraf yang baru saya alami sepanjang hari dan malam sebelumnya sehingga saya memutuskan untuk meneruskan istirahat saya," Soebardjo melanjutkan tulisnya.

Soebardjo kemudian bertanya, apalagi yang saya ingini? Mimpi Indonesia merdeka telah menjadi kenyataan. Apa bedanya ia hadir atau tidak dalam pembacaan Proklamasi itu?

"Hal yang paling penting adalah bahwa kita sendiri dan generasi berikutnya dari rakyat saya telah menjadi warga negara yang bebas dari sebuah Negara Merdeka – Republik Indonesia!"

Kepada utusan itu, ia kemudian mengirimkan pesan kepada Sukarno-Hatta, meminta mereka memaafkan ketidakhadirannya. "Dan supaya mereka segera saja memulai upacara Proklamasi Kemerdekaan."

Di buku itu pula ia menceritakan peran penting Laksamana Muda Meida malam sebelumnya. Ia memuji Laksamana Muda Jepang itu yang dengan gagah berani "Memberikan perlindungan kepada kami semuanya yang telah bertekad bulat untuk mencapai mufakat mengenai teks dari Proklamasi Kemerdekaan, para penandatanganannya, serta waktu yang tepat untuk mengumumkannya."

Kredit

Bagikan