Mendikbud tanggapi petisi penolakan Full Day School


Ilustrasi pendidikan
Bandung.merdeka.com - Setelah disuarakan puluhan ribu warga masyarakat yang menandatangani petisi penolakan Full Day School (sekolah sehari Penuh), akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy memberikan tanggapan resmi.
Melalui layanan fitur pembuat kebijakan yang tersedia di laman Change.org, menteri yang belum lama dilantik oleh Presiden Jokowi ini menjelaskan dirinya mengikuti perkembangan diskusi dan percakapan di pelbagai media sosial, media cetak hingga elektronik terkait gagasan untuk menambah jam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
"Saya sangat berterimakasih kepada banyak pihak yang nyata-nyata memiliki kepedulian guna perbaikan dunia pendidikan kita," katanya, melalui siaran pers dari Change.org yang diterima Merdeka Bandung, Senin (15/8).
Mendikbud menghargai petisi 'Tolak Pendidikan Full Day School di Indonesia' yang digulirkan Deddy Mahyarto Kresnoputro yang telah mencapai 41 ribu lebih pendukung.
Untuk melihat lebih lanjut tanggapan Mendikbud, silahkan klik tautan ini: https://www.change.org/p/kami-tolak-pendidikan-full-day-sehari-penuh-di-indonesia-kemendikbud-ri/responses/35666.
Sebelumnya, penolakan atas penerapan Full Day School yang diwacanakan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy menuai petisi penolakan di Change.org. Petisi pertama dibuat Deddy Mahyarto Kresnoputro, salah seorang yang menyebut dirinya sebagai orangtua murid. Petisinya dapat dilihat pada laman change.org/TolakFullDaySchool.
Petisi kedua dibuat oleh Gita Putri Damayana, seorang peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Petisinya dapat dilihat pada tautan Change.org/TolakFullDaySchool.
Ada tiga alasan mengapa Gita menolak. Pertama, tidak ada studi atau riset maupun statistik yang ditunjukkan oleh Menteri Muhadjir yang membuktikan bahwa benar anak Indonesia akan lebih baik dengan kebijakan full day school.
Kedua, kata Gita, kebijakan ini sangat bias kota besar, mengabaikan anak-anak Indonesia yang dalam kesehariannya sepulang sekolah membantu orangtuanya sebagai bertani, melaut dan berdagang.
Ketiga, agar Mendikbud berhenti menjadikan anak Indonesia sebagai percobaan. Dari mulai gonta-ganti kurikulum hingga kebijakan full day school seakan coba-coba mana yang efektif untuk satu generasi.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak