Anak gemuk berarti sehat, mitos atau bukan?

user
Mohammad Taufik 14 Juli 2016, 18:37 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Jumlah anak yang obesitas atau kegemukan cenderung mengalami peningkatan, terutama anak-anak perkotaan. Banyak faktor memengaruhinya, salah satunya faktor mitos bahwa anak gemuk lebih sehat daripada anak tidak gemuk.

"Mitos anak gemuk itu sehat dan lucu, itu masih kuat di masyarakat," kata dokter spesialis anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Viramitha, Kamis (14/7).

Kedua, sambung dia, faktor mitos tersebut membuat orangtua khawatir dengan kondisi anaknya yang tidak gemuk. "Kurus sedikit saja jadi ribut, cari tahu sebabnya hingga minta vitamin segala macam. Padahal belum tentu anak tidak gendut itu tidak sehat," ujarnya.

Faktor ketiga, sambung dia, sekarang ini banyak sekali makanan tidak baik jika dikonsumsi terus-menerus. Contohnya makanan cepat saji, makanan dan minuman manis dalam kemasan, serta jajanan warung yang banyak mengandung minyak.

Semua makanan tersebut, lanjut Viramitha, sangat mudah ditemui anak-anak baik di sekitar rumah maupun sekolah. Contohnya, makanan mengandung minyak memiliki kandungan kolestrol sangat tinggi.

Sebab, sambung dia, pedagang biasanya memakai minyak secara berulang-ulang yang membuat kadar kolestrolnya makin tinggi. Sedangkan sejumlah makanan tersebut sangat mudah ditemui di masyarakat perkotaan. "Jadi kecenderungannya saat ini obesitas di kota besar naik," katanya.

Dengan kondisi itu, ia menyarankan orangtua agar turut menjaga pola makan anak dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Menurut dia, tanpa peran orangtua dikhawatirkan obesitas pada generasi muda semakin tinggi lagi.

Ia menjelaskan, efek dari obesitas memang tidak langsung, tetapi bersifat jangka panjang. Anak yang masa kecilnya mengalami obesitas akan terkena dampak pada usia dewasa.

Obesitas sendiri bisa mengundang penyakit lain meliputi penyakit hipertensi, kolestrol, penyempitan pembuluh darah hingga stroke. "Di klinik kami banyak sekali anak-anak usia 9- 10 tahun yang obesitas dengan hipertensi," ujarnya.

Kredit

Bagikan