Inflasi Jabar meningkat karena lonjakan harga kentang

user
Mohammad Taufik 03 Juli 2016, 12:20 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Pada Juni 2016 kemarin tercatat inflasi Jawa Barat mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan beberapa harga komoditi sayur yang mengalami kenaikan, salah satunya kentang.

Deputi Kepala Perwakilan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Soekowardojo, menjelaskan komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah kentang dengan angka sebesar 0,10 persen.

"Ya, kentang memberikan andil inflasi besar yaitu 0,10 persen. Diiringi dengan komoditi lainnya," ujar Soekowardojo kepada Merdeka Bandung saat ditemui di Kantor Bank Indonesia, Sabtu (2/7).

Inflasi Jawa Barat bulan Juni 2016 sebesar 0,72 persen (mtm) atau 3,22 persen (yoy), meningkat dibanding inflasi bulan sebelumnya 0,25 persen (mtm) atau 3,01 persen (yoy). Kenaikan harga-harga ini sejalan dengan pola seasonal selama Ramadhan dan menjelang Lebaran.

"Sebenarnya, realisasi ini relatif lebih rendah dibandingkan historisnya, terutama dengan mempertimbangkan bahwa bulan Ramadhan hampir seluruhnya berlangsung di bulan Juni dan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya," ujarnya.

Untuk komoditi lainnya, tak hanya kentang yang memberikan andil inflasi besar, ada pula wortel dengan jumlah 0,09 persen, telur ayam ras 0,09 persen, daging ayam ras 0,09 persen, dan beras 0,07 persen serta komoditas yang berasal kelompok sayur-sayuran lainnya seperti petai, jengkol, dan ketimun.

Tekanan inflasi yang cukup tinggi pada komoditas kentang dan wortel telah berlangsung sejak bulan Mei. Selain disebabkan karena permintaan yang melonjak selama bulan Ramadhan, dampak lanjutan dari erupsi gunung Bromo turut berperan dalam menurunkan pasokan komoditas kentang.

Sedangkan pada komoditas wortel, kenaikan tekanan terutama disebabkan oleh harga wortel impor yang melambung tinggi menjelang akhir bulan dibandingkan harga wortel lokal di tengah pasokan yang semakin menipis di pasaran.

Sejalan dengan hal tersebut, komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras juga kembali menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di bulan Juni. Pada komoditas daging ayam ras, pasokan dari peternak relatif stabil di tengah lonjakan permintaan.

Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang dihadapi peternak seperti harga pakan yang relatif mahal serta harga jual daging ayam yang telah jatuh selama bulan Februari hingga April dan menekan peternak dari sisi permodalan.

Sementara itu, berlanjutnya kenaikan harga telur ayam salah satu nya disebabkan oleh pengafkiran ayam, di mana menghadapi tingginya permintaan terhadap daging ayam, sejumlah ayam petelur kemudian dialihkan menjadi ayam potong.

Kenaikan harga pada komoditas beras terjadi seiring dengan berlalunya masa panen dan tercermin dari harga gabah yang sudah mulai naik di di bulan Mei lalu.

Kredit

Bagikan